Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. REDAKTUR penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah terakreditasi SINTA: Media Didaktik Indonesia [MDI]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rasul, Cahaya di Tengah Kegelapan

8 Desember 2024   15:07 Diperbarui: 8 Desember 2024   15:32 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Langit malam di Lembah Al-Nur terasa lebih gelap dari biasanya. Malik, seorang pemuda yang dilanda kebimbangan tentang imannya, menatap bintang-bintang di atas. Ia merasa hampa, seolah ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya. "Jika Allah benar-benar mengutus para nabi, mengapa hidup terasa begitu berat?" gumamnya lirih.

Malam itu, saat Malik termenung di tepi lembah, tiba-tiba angin dingin berhembus. Ia merasakan sesuatu yang aneh, seperti ada yang memanggilnya. Dari kejauhan, ia melihat cahaya lembut yang bergerak mendekat. Cahaya itu membentuk sosok manusia dengan sinar yang tak menyilaukan.

"Malik," suara lembut itu terdengar langsung di hatinya. "Engkau sedang mencari kebenaran, bukan?"

Malik tersentak. "Siapa kamu?" tanyanya dengan suara gemetar.

"Aku utusan yang diutus untuk membawamu melihat tanda-tanda kebesaran Allah melalui perjalanan para rasul-Nya. Bersiaplah, karena malam ini imanmu akan diuji."

Sebelum Malik sempat bertanya lagi, tubuhnya terasa ringan. Ia terbang bersama cahaya itu, melewati dimensi yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Saat ia membuka mata, ia mendapati dirinya berdiri di tepi sebuah laut luas. Di depannya, lautan terbelah, membentuk jalan dengan dinding air yang menjulang tinggi di kedua sisinya. Orang-orang berlarian di tengah jalan itu, wajah mereka penuh harap dan ketakutan.

"Itu Musa," kata suara di hati Malik. Ia menunjuk seorang pria yang berdiri di depan, memegang tongkat, memimpin umatnya dengan keyakinan yang tak tergoyahkan.

Malik terpaku melihat keajaiban itu. Ia mencoba mendekat dan merasakan hembusan angin dari dinding air yang megah. Butiran air melayang di udara, berkilauan seperti berlian. Malik terpesona.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun