Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. REDAKTUR penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah terakreditasi SINTA: Media Didaktik Indonesia [MDI]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Puputan di Margarana, Api yang Tak Padam

6 Desember 2024   19:31 Diperbarui: 6 Desember 2024   19:41 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Surya mengangguk, lalu berlari bersama tim kecilnya, melompat di antara semak-semak dan batu besar. Dentuman meriam membuat tanah di sekitarnya terbelah.

Di sisi lain, Ngurah Rai memimpin serangan langsung ke pusat pasukan Belanda. Dengan tombak dan keris, mereka menerjang seperti arus air bah, membuat para serdadu Belanda kelabakan.

Namun, keunggulan senjata Belanda segera terlihat. Satu per satu pasukan Ngurah Rai mulai tumbang.

Saat senja tiba, hanya sedikit dari pasukan Ngurah Rai yang tersisa. Di tengah hujan peluru, Surya tertembak di bahunya. Darahnya mengalir deras, namun ia tetap berjuang, memimpin serangan balik terakhir dengan bom rakitan.

Ngurah Rai melihat Surya yang terluka parah, tapi tetap maju ke arah tank musuh.

"Surya! Mundur! Jangan bodoh!" teriak Ngurah Rai.

Namun, Surya menoleh dan tersenyum kecil. "Tuan, ini jalan yang saya pilih."

Ia berlari mendekati tank, meledakkan dirinya bersama kendaraan baja itu. Ledakan besar membuat pasukan Belanda terkejut.

Di tengah kehancuran, Ngurah Rai berdiri sendirian. Senjatanya patah, tubuhnya berlumur darah. Ia melihat sekeliling---pasukannya telah gugur, tapi wajah mereka tetap penuh damai.

Dari arah belakang, seorang perwira Belanda mendekat dengan senapan terarah.

"Menyerahlah, Tuan Ngurah Rai. Perlawanan Anda telah sia-sia," kata perwira itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun