Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Urip Iku Mung Mampir Ngombe

3 Desember 2024   11:33 Diperbarui: 3 Desember 2024   12:42 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam itu, Pram terbangun oleh suara ketukan keras di pintu rumah.
"Tok! Tok! Tok!"

Ia mengintip dari jendela dan melihat Pak Marwan, seorang tetua desa, berdiri di luar. Wajah lelaki tua itu tampak serius.

"Ada apa malam-malam begini, Pak?" tanya Pram setelah membuka pintu.

Pak Marwan melangkah masuk tanpa dipersilakan. "Aku dengar kau mulai menjual air dari padasan ini," katanya tajam.

"Memang, Pak. Sekarang semua butuh uang. Lagi pula, air ini hasil usahaku sendiri."

Pak Marwan menatapnya lekat. "Padasan itu bukan sekadar gentong air. Itu simbol kemurahan hati ayahmu. Dulu, ia berkata kepadaku, 'Air ini adalah berkah dari Tuhan. Siapa pun yang haus boleh meminumnya tanpa diminta imbalan.' Kau tahu, Pram, dengan menjual air itu, kau menjual berkah yang ditinggalkan ayahmu."

Pram tertawa sinis. "Itu zaman dulu, Pak. Sekarang tagihan listrik, biaya pompa air, semuanya harus dibayar. Tradisi tidak bisa membuat dapur saya ngebul."

Pak Marwan menghela napas panjang. "Kalau kau terus begini, hidupmu tak akan tenang, Pram."

Keesokan harinya, sesuatu yang aneh terjadi.
Air di padasan itu tiba-tiba keruh. Orang-orang yang biasa mampir memilih melewati rumah Pram tanpa berhenti.

Pram bingung. Ia memeriksa saluran air, pompa, hingga gentongnya, tetapi semuanya terlihat normal. Namun, air tetap tidak bisa diminum.

Malam itu, Pram bermimpi. Dalam mimpi, ayahnya muncul. Wajahnya yang dulu ramah kini tampak muram dan penuh kekecewaan.
"Pram! Apa yang kau lakukan? Air ini bukan untuk dijual. Kau mencoreng nama baik keluargamu!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun