Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Urip Iku Mung Mampir Ngombe

3 Desember 2024   11:33 Diperbarui: 3 Desember 2024   12:42 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Matahari memancarkan panas teriknya siang itu. Karso, seorang lelaki paruh baya, memikul sekarung singkong dari ladang. Langkahnya berat, tubuhnya basah oleh keringat. Di tengah perjalanan pulang, matanya menangkap sebuah padasan tua di depan rumah yang teduh. Padasan itu tampak seperti oase di tengah perjalanan melelahkan.

"Alhamdulillah, masih ada padasan," gumam Karso sambil menurunkan karungnya. Ia mencuci muka, membasuh tangan, lalu meneguk air dingin dari pancuran. Segarnya air itu seperti menghidupkan kembali semangatnya.

Saat ia sedang menikmati tetes terakhir, suara keras menggelegar dari pintu rumah.
"Heh! Jangan seenaknya minum air di situ!"

Karso menoleh. Seorang lelaki muda, Pram, berdiri di ambang pintu dengan tatapan tajam. Pram adalah anak almarhum Pak Sastro, pemilik rumah itu yang dulu dikenal dermawan.

"Maaf, Nak. Saya kehausan. Dulu, air di padasan ini untuk siapa saja yang lewat," ujar Karso sopan.

Pram melipat tangannya. "Dulu memang begitu. Tapi sekarang, semua harus bayar. Air di sini bukan gratis!"

Karso mengernyit, bingung. Ia melihat papan kecil yang tergantung di samping padasan: "Air Segar, Rp 2.000 per Teguk."

Karso menarik napas dalam, lalu mengeluarkan dua lembar seribuan dari kantong lusuhnya. Dengan hati-hati, ia menyerahkan uang itu. "Ini, Nak. Semoga cukup."

Pram mengambil uang itu tanpa bicara, lalu berbalik masuk ke rumah. Karso menatap padasan itu dengan getir. "Urip iku mung mampir Ngombe. Hidup itu hanya mampir minum," gumamnya, lalu melanjutkan perjalanannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun