Asti tersenyum tipis, bibirnya bergetar. "Aku ingin dia merasakan sakitnya... tapi aku lupa, aku yang menggenggam bara api itu lebih dulu."
Rumah itu kini tinggal arang, menjadi bukti bisu bahwa kemarahan bukanlah senjata. Kemarahan adalah bara api, dan yang menggenggamnya selalu lebih dulu terbakar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!