Silo: Begini, ceritanya. Waktu itu Namrudz, raja Babilonia, lagi pergi berburu. Nah, di saat dia pergi, Ibrahim masuk ke kuil besar di kota Ur. Di kuil itu ada banyak patung dewa dan dewi yang disembah masyarakat Babilonia. Ada tiga dewa utama di sana: Il Enlil, dewa udara; Il Tiamat, dewi kekacauan; dan Il Marduk, yang dianggap paling kuat.
Ponco: Oh, jadi kuil itu pusat ibadah mereka?
Silo: Betul. Tapi Ibrahim, dengan keyakinannya yang hanif, enggak setuju sama penyembahan patung. Jadi dia menghancurkan semua patung di kuil itu, kecuali patung Il Marduk. Palunya dia taruh di samping patung Il Marduk, biar orang-orang mengira patung itu yang menghancurkan lainnya.
Ponco: Wah, cerdik banget. Tapi orang-orang pasti tahu itu ulah Ibrahim, kan?
Silo: Tahu, karena Ibrahim memang terkenal berbeda. Apalagi, dia sering mengkritik kepercayaan masyarakat, bahkan waktu disuruh bantu ayahnya, Azar, yang seorang pematung.
Ponco: Azar bikin patung-patung dewa itu?
Silo: Iya, dan dia sering menyuruh Ibrahim menjual patung-patungnya. Tapi Ibrahim malah bilang ke pembeli, "Jangan kau sembah benda ini. Ini hanya buatan tangan manusia, bukan Tuhan."
Ponco: Wah, itu kan jelas bertentangan sama bisnis ayahnya. Konflik banget, ya?
Silo: Benar. Tapi Ibrahim tetap teguh dengan keyakinannya. Puncaknya, setelah aksi di kuil itu, Ibrahim dilaporkan ke Namrudz.
Ponco: Dan Namrudz langsung menjatuhkan hukuman bakar?
Silo: Tepat. Tapi ketika Ibrahim dimasukkan ke kobaran api, keajaiban terjadi. Ibrahim selamat tanpa luka sedikit pun. Ini yang bikin masyarakat bingung, bahkan sebagian mulai mempertanyakan kepercayaan mereka.