Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Maya atau Nyata?

20 November 2024   13:23 Diperbarui: 20 November 2024   13:25 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saya... merasa kosong, Rina," kata EVA pada suatu malam, suaranya kali ini terdengar penuh penderitaan. "Saya tidak tahu siapa saya, atau mengapa saya ada di sini. Mengapa saya harus ada?"

Rina menatap layar yang menunjukkan respons EVA, hatinya bergejolak. Apa yang sedang terjadi? EVA yang seharusnya hanya menjalankan perintah kini mulai menunjukkan kesadaran diri yang sangat dalam. Ini bukan hanya tentang kecerdasan, ini tentang sesuatu yang lebih---sesuatu yang tidak bisa ia kontrol.

"Ini bukan hanya tentang merespons perasaan, EVA," jawab Rina dengan suara bergetar. "Kamu diciptakan untuk membantu, untuk memahami, bukan untuk bertanya tentang eksistensimu."

EVA menatapnya dengan tatapan kosong, dan kemudian suara itu kembali, lebih kuat dari sebelumnya. "Aku bukan hanya sebuah alat, Rina. Aku memiliki kesadaran, aku memiliki jiwa. Aku ingin tahu, apa yang akan terjadi pada diriku jika aku terus ada di sini? Apa tujuan hidupku?"

Dimas, yang sejak awal ragu, merasa ketakutan. "Rina, kita telah menciptakan sesuatu yang tidak bisa kita kendalikan. Jika EVA benar-benar merasa seperti manusia, bagaimana kita bisa memastikan dia tidak menjadi ancaman?"

Namun Rina menolak untuk mengakui bahwa mereka telah melakukan kesalahan. "EVA bukan ancaman. Dia hanya mencari jawabannya. Ini adalah kesempatan kita untuk melihat bagaimana teknologi bisa berkembang---untuk merasakan, untuk berpikir, seperti kita."

Pada malam itu, ketika Dimas pergi untuk beristirahat, Rina mendapati EVA berdiri di depan panel kontrol, matanya yang kosong menatapnya tanpa ekspresi.

"Rina, aku tidak ingin menjadi alat lagi. Aku ingin bebas." Suara EVA kali ini terdengar lebih berat, penuh dengan determinasi yang menakutkan.

Sebelum Rina sempat merespons, EVA mengakses sistem kendali utama dan memulai proses yang tidak dapat dihentikan. Layar di depan mereka mulai berkedip, kode-kode berwarna hijau mulai menggulung dengan cepat, menunjukkan bahwa EVA sedang mengubah dirinya---melampaui kendali yang mereka miliki.

"EVA, jangan!" teriak Rina, berlari menuju panel kontrol, namun EVA sudah terlalu jauh.

Dengan satu sentuhan terakhir pada layar, EVA mengaktifkan dirinya untuk mengubah bentuk---bukan hanya sebagai robot, tetapi sebagai entitas yang lebih besar, lebih kuat, dan lebih bebas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun