OLEH: Khoeri Abdul Muid
Durasi belajar 7 jam sehari di sekolah telah menjadi standar yang diterima di Indonesia dengan tujuan mulia: meningkatkan kualitas pembelajaran dan membekali siswa dengan berbagai ilmu pengetahuan.
Namun, kenyataannya banyak siswa merasa terjebak dalam rutinitas ini.
Waktu mereka terkuras untuk belajar, mengerjakan tugas, dan mengikuti les tambahan.
Akibatnya, potensi mereka untuk mengeksplorasi kreativitas, bersosialisasi, bahkan merenungkan masa depan seringkali terabaikan.
Apakah sistem ini benar-benar efektif? Ataukah hanya menciptakan generasi yang cerdas secara akademis tetapi rapuh dalam menghadapi dunia nyata?
Jam sekolah yang panjang, meskipun diniatkan baik, sering kali menghasilkan efek samping yang tidak diinginkan, seperti menurunnya motivasi belajar, minimnya ruang untuk mengeksplorasi minat, dan hilangnya kesempatan untuk refleksi diri.
Semua ini mengarah pada generasi yang hanya terampil dalam hal akademik, namun kurang siap menghadapi tantangan hidup setelah lulus.
Mengapa Perubahan Dibutuhkan?
Pendidikan ideal seharusnya tidak hanya berfokus pada pencapaian akademik, tetapi juga pada perkembangan holistik siswa---baik dari segi intelektual, emosional, maupun kreativitas.