Banyak negara, seperti Finlandia, telah membuktikan bahwa durasi belajar yang lebih pendek, namun fokus dan intensif, mampu menghasilkan siswa yang lebih kreatif dan produktif.
Di Finlandia, misalnya, jam sekolah hanya sekitar 4-5 jam sehari, sementara sisa waktu dimanfaatkan untuk mengembangkan minat siswa, bermain, atau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Ini adalah model yang lebih seimbang dan dapat mengarah pada kesejahteraan siswa secara keseluruhan.
Namun, muncul pertanyaan skeptis: "Apa yang akan dilakukan siswa jika mereka pulang lebih awal? Apakah mereka tidak akan hanya berkeliaran tanpa tujuan atau melakukan aktivitas yang tidak jelas?"
Kekhawatiran ini memang ada, namun jawabannya terletak pada bagaimana kita membimbing siswa untuk memanfaatkan waktu luang mereka dengan cara yang lebih produktif dan bermakna.
1. Pendidikan yang Mengajarkan Manajemen Waktu
Dengan waktu yang lebih fleksibel, siswa bisa diajarkan untuk mengelola waktu mereka dengan bijaksana. Tidak hanya tentang mengurangi jam sekolah, tetapi juga memberikan keterampilan manajemen waktu yang baik.
Siswa dapat diajarkan untuk memanfaatkan waktu luang untuk kegiatan yang produktif, seperti membaca, berolahraga, atau mengembangkan keterampilan lain. Ini akan membantu mereka belajar untuk membuat keputusan yang lebih baik mengenai bagaimana menghabiskan waktu mereka.
2. Peran Orang Tua dan Lingkungan
Waktu di luar sekolah sangat bergantung pada pengawasan orang tua dan lingkungan sekitar. Jika anak pulang lebih awal, orang tua dapat memanfaatkan waktu tersebut untuk lebih terlibat dalam proses pendidikan anak, mendiskusikan tugas sekolah, atau bahkan memfasilitasi mereka dalam kegiatan produktif lainnya, seperti keterampilan seni atau teknologi.
Dengan demikian, kegiatan yang mereka lakukan di luar sekolah bisa lebih terarah dan bermanfaat bagi perkembangan mereka.
3. Mendorong Kegiatan Non-Akademik