"Alfian, selamat jalan. Ibu akan mencari jalan untuk bertemu lagi."
Pak Arif menyeka air matanya. Sepedanya kini terasa lebih ringan, meski hatinya tidak. Setiap kayuhnya mengingatkan bahwa menjadi pengantar pesan bukan sekadar profesi; ia adalah saksi sunyi dari perpisahan dan kehilangan.
Dan sejak itu, rumah tua di ujung desa itu hanya menjadi cerita. Tentang seorang ibu yang menunggu anaknya, dan seorang anak yang pulang hanya lewat surat terakhir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H