OLEH: Khoeri Abdul Muid
Ada satu nilai moral penting dalam sila tiga Pancasila, Persatuan Indonesia, sebagai ideologi negara Republik Indonesia, yakni: Menumbuhkan Semangat Gotong Royong dalam Kehidupan Sosial.
Analisis Mendalam: Menumbuhkan Semangat Gotong Royong dalam Kehidupan Sosial
I. Perspektif Teori
1. Teori Solidaritas Sosial (mile Durkheim)
Durkheim membagi solidaritas menjadi mekanik dan organik:
- Solidaritas mekanik terjadi di masyarakat tradisional, di mana ikatan sosial kuat karena kesamaan budaya, agama, dan nilai. Gotong royong adalah contoh solidaritas mekanik yang mencerminkan kebersamaan dalam mencapai tujuan bersama.
- Solidaritas organik relevan dalam masyarakat modern yang lebih kompleks, di mana individu memiliki peran yang berbeda tetapi saling tergantung. Gotong royong dalam konteks ini dapat berupa kerja sama lintas profesi atau komunitas.
2. Teori Modal Sosial (Robert Putnam)
Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai jaringan, norma, dan kepercayaan yang memfasilitasi kerja sama dalam masyarakat:
- Jaringan sosial seperti kelompok masyarakat atau organisasi gotong royong menjadi platform untuk berbagi sumber daya.
- Norma saling membantu memperkuat hubungan antarindividu.
- Kepercayaan menciptakan lingkungan yang memungkinkan kerja sama lebih efektif.
3. Teori Kebutuhan Dasar (Abraham Maslow)
Maslow menyatakan bahwa setelah kebutuhan fisiologis dan keamanan terpenuhi, manusia mencari kebutuhan sosial seperti cinta dan rasa memiliki.
- Gotong royong memenuhi kebutuhan ini dengan memberikan rasa keterlibatan dan persaudaraan di masyarakat.
- Dalam masyarakat modern, gotong royong juga dapat menjadi sarana untuk mencapai aktualisasi diri melalui kontribusi terhadap komunitas.
4. Teori Komunitas (Ferdinand Tnnies)
Tnnies membedakan antara gemeinschaft (masyarakat tradisional) dan gesellschaft (masyarakat modern):
- Gotong royong tumbuh subur dalam gemeinschaft, di mana hubungan antarindividu lebih personal.
- Dalam gesellschaft, gotong royong harus dipromosikan melalui nilai-nilai modern seperti filantropi dan kerja sosial terorganisasi.
II. Data yang Relevan
1. Gotong Royong dalam Sejarah Indonesia
- Masa pra-kolonial: Gotong royong adalah budaya asli, terlihat dalam kegiatan seperti membangun rumah bersama atau menggarap sawah.
- Masa kolonial: Gotong royong digunakan sebagai alat perlawanan terhadap penjajah, menciptakan solidaritas nasional.
- Masa modern: Pancasila menegaskan gotong royong sebagai prinsip ke-3, yaitu "Persatuan Indonesia."
2. Survei Kebersamaan Sosial di Indonesia
Menurut survei Litbang Kompas (2022):
- 82% masyarakat Indonesia masih aktif dalam kegiatan gotong royong, terutama di pedesaan.
- Namun, di perkotaan, hanya 55% yang terlibat aktif, menunjukkan penurunan akibat individualisme dan kesibukan.
3. Implementasi Program Berbasis Gotong Royong
- Dana Desa: Pemerintah mendorong pembangunan berbasis gotong royong di pedesaan, melibatkan masyarakat dalam proyek seperti pembangunan jalan dan irigasi.
- Program Kampung Iklim (Proklim): Komunitas gotong royong berperan dalam menjaga lingkungan melalui kegiatan seperti penanaman pohon dan pengelolaan sampah.
4. Tantangan Gotong Royong di Era Modern
- Urbanisasi dan modernisasi mengurangi waktu dan minat masyarakat perkotaan untuk terlibat dalam kegiatan sosial.
- Menurut laporan World Values Survey (2021), 60% responden muda di Indonesia merasa gotong royong tidak relevan dengan kehidupan modern.
III. Pentingnya Gotong Royong dalam Kehidupan Sosial
1. Menjaga Kohesi Sosial
Gotong royong mengatasi fragmentasi sosial akibat perbedaan ras, agama, atau status sosial. Dengan bekerja bersama, masyarakat dapat memperkuat rasa persatuan.
2. Mengatasi Tantangan Kolektif
Isu seperti bencana alam, kemiskinan, atau perubahan iklim membutuhkan partisipasi masyarakat secara kolektif. Gotong royong menyediakan platform untuk menyelesaikan masalah bersama.
3. Memperkuat Solidaritas Antar Generasi
Gotong royong adalah sarana untuk mentransfer nilai-nilai sosial dari generasi tua ke generasi muda, memastikan keberlanjutan tradisi yang memperkuat masyarakat.
4. Meningkatkan Kesejahteraan Sosial
Melalui gotong royong, masyarakat dapat berbagi sumber daya untuk membantu individu atau kelompok yang membutuhkan, seperti renovasi rumah warga miskin atau bantuan korban bencana.
IV. Strategi Menumbuhkan Gotong Royong
1. Pendidikan Berbasis Karakter
- Mengintegrasikan nilai gotong royong dalam kurikulum sekolah melalui program seperti kerja bakti dan kegiatan sosial.
- Mengajarkan pentingnya gotong royong sejak dini untuk menciptakan generasi yang peduli terhadap komunitasnya.
2. Digitalisasi Gotong Royong
- Memanfaatkan platform digital untuk mengorganisasi kegiatan gotong royong, seperti penggalangan dana online atau aplikasi berbagi sumber daya.
- Inisiatif seperti Kitabisa.com menunjukkan potensi teknologi dalam memfasilitasi gotong royong di era modern.
3. Penguatan Peran Komunitas Lokal
- Mendorong organisasi masyarakat seperti RT, RW, dan Karang Taruna untuk menginisiasi kegiatan gotong royong.
- Memberikan penghargaan kepada komunitas yang berhasil melaksanakan gotong royong sebagai contoh teladan.
4. Dukungan Kebijakan Pemerintah
- Menyediakan anggaran khusus untuk kegiatan gotong royong di tingkat desa atau kota.
- Mengadakan kampanye nasional yang mempromosikan nilai-nilai gotong royong, seperti "Bulan Gotong Royong Nasional."
V. Contoh Implementasi Gotong Royong
1. Penanganan Bencana Alam
Saat bencana seperti gempa bumi atau banjir, masyarakat Indonesia dikenal cepat bergerak dalam gotong royong untuk mendirikan posko, menggalang bantuan, dan mengevakuasi korban.
2. Pembangunan Infrastruktur Desa
Di banyak daerah pedesaan, pembangunan jembatan, masjid, atau jalan masih dilakukan melalui gotong royong, mengurangi biaya dan mempercepat proses.
3. Gerakan Kebersihan Lingkungan
Program seperti "Clean Up Day" melibatkan masyarakat dalam membersihkan lingkungan bersama-sama, memperkuat rasa memiliki terhadap komunitas mereka.
VI. Kesimpulan
Gotong royong adalah nilai luhur bangsa Indonesia yang relevan sepanjang masa. Dengan landasan teori seperti solidaritas sosial, modal sosial, dan kebutuhan dasar manusia, gotong royong terbukti mampu memperkuat kohesi sosial, mengatasi tantangan kolektif, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, tantangan seperti urbanisasi, individualisme, dan modernisasi harus diatasi dengan strategi seperti pendidikan berbasis karakter, digitalisasi, dan penguatan komunitas lokal. Jika dikelola dengan baik, gotong royong akan terus menjadi pilar utama dalam membangun bangsa yang kuat dan harmonis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H