Ajaran Islam yang masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan dan dakwah membawa pesan Ketuhanan Yang Maha Esa. Proses Islamisasi di Nusantara, khususnya di kerajaan-kerajaan Islam seperti Demak dan Mataram Islam, mengajarkan tentang keesaan Tuhan, yang dalam Islam dikenal dengan istilah Tauhid.
Pada masa kerajaan Demak, yang didirikan oleh Sultan Fatah, Islam mengajarkan untuk mengenal Tuhan Yang Maha Esa, yang tercermin dalam kebijakan-kebijakan yang mendukung keharmonisan antar agama.
Sebagai contoh, pada masa pemerintahan Sultan Agung di Mataram Islam, beliau menyatukan berbagai kelompok agama dengan nilai toleransi dan menghargai perbedaan, mengingat banyaknya penduduk non-Muslim di wilayahnya.
Dalam Serat Centhini, sebuah karya sastra besar yang berasal dari masa Mataram Islam, terdapat berbagai cerita yang menggambarkan bahwa perbedaan agama tidak menghalangi terciptanya kedamaian. Semua umat diajarkan untuk memelihara hubungan yang baik dengan Tuhan, tetapi juga dengan sesama manusia, tanpa membedakan agama.
5. Penghormatan terhadap Pluralitas Agama dalam Tradisi Jawa
Dalam masyarakat Jawa, terdapat ajaran yang mengutamakan keseimbangan antara keyakinan dan praktek agama. Padepokan atau tempat pertemuan spiritual di Jawa sering kali menjadi tempat di mana berbagai kelompok agama berkumpul untuk belajar tentang spiritualitas, tanpa memandang agama mereka.
Prasasti-prasasti seperti Prasasti Mantyasih dan Prasasti Ciaruteun mencatat tentang ajaran yang mengajarkan pentingnya memelihara kerukunan antar umat beragama, di mana Tuhan dipandang sebagai sumber segala kebaikan yang harus dihormati.
Kesimpulan
Kearifan lokal Indonesia yang mengajarkan penghormatan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan keberagaman agama sudah ada jauh sebelum Pancasila diresmikan sebagai dasar negara.
Dari berbagai prasasti, naskah kuno, hingga tradisi yang berkembang di masyarakat, kita dapat melihat bahwa nilai Ketuhanan Yang Maha Esa sudah tertanam dalam kehidupan sosial dan budaya Indonesia.
Ajaran ini tidak hanya berbicara tentang keyakinan terhadap Tuhan yang Maha Esa, tetapi juga tentang pentingnya saling menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, yang merupakan inti dari Pancasila sebagai dasar negara.