Buku Bali: Culture and Society oleh Clifford Geertz (1980) mencatat bahwa dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Bali hidup dalam keharmonisan meskipun ada perbedaan agama yang mendalam. Bali adalah contoh sempurna bagaimana masyarakat dapat hidup berdampingan dengan menghormati Tuhan Yang Maha Esa dalam berbagai bentuk agama dan kepercayaan.
2. Pancasila sebagai Warisan Nilai Bersama
Sejak era kerajaan-kerajaan besar Indonesia, seperti Majapahit dan Mataram, terdapat pengakuan yang kuat terhadap Tuhan sebagai penguasa tertinggi, yang diterapkan dalam pemerintahan.
Raja-raja pada masa itu sering dianggap sebagai wakil Tuhan di bumi. Dalam Prasasti Majapahit yang ditemukan di Trowulan, terdapat banyak referensi tentang bagaimana raja sebagai pemimpin tidak hanya memerintah berdasarkan hukum duniawi, tetapi juga berdasarkan wahyu dan petunjuk Tuhan.
Dalam Babad Mataram disebutkan bahwa Sri Sultan Agung, raja Mataram yang sangat dihormati, menganggap dirinya sebagai penguasa yang diberikan mandat ilahi oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk menjaga kebenaran dan keadilan di bumi. Ini adalah cerminan dari ajaran yang menganggap bahwa negara dan sistem pemerintahan harus berdasarkan nilai-nilai yang bersumber dari Tuhan.
3. Prinsip Gotong Royong dan Toleransi Antar Agama
Kearifan lokal Indonesia juga mencerminkan prinsip saling menghormati antar agama. Dalam tradisi gotong royong yang merupakan ciri khas masyarakat Indonesia, terutama di desa-desa, setiap individu dihargai tanpa memandang agama yang mereka anut.
Salah satu contoh nyata adalah kehidupan masyarakat di Nusa Tenggara Timur, di mana umat Katolik, Protestan, dan Muslim hidup berdampingan dengan penuh penghormatan.
Masyarakat Nusa Tenggara Timur dikenal dengan adat Paga (saling membantu) yang tidak membedakan antara agama satu dengan lainnya.
Dalam buku Tradisi dan Kepercayaan Masyarakat Nusa Tenggara (1989), dijelaskan bahwa meskipun sebagian besar penduduknya beragama Katolik, namun mereka tidak pernah menghalangi atau mendiskriminasi pemeluk agama lain. Keberagaman ini dipandang sebagai kekuatan, yang tercermin dalam prinsip "satu hati, satu tujuan", yang mengutamakan persatuan dalam keberagaman.
4. Ajaran Islam di Nusantara