Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Meningkatkan Mutu Pembelajaran Sejarah melalui Deep Learning dan Metode Modelling the Way

10 November 2024   15:41 Diperbarui: 12 November 2024   16:23 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pembelajaran di SDN Kuryokalangan 02. dokpri

Deep Learning dalam Pembelajaran Sejarah

Deep learning dalam pendidikan mengarah pada pembelajaran yang melibatkan pemahaman yang lebih dalam dan kontekstual terhadap materi yang dipelajari.

Dalam pembelajaran sejarah, deep learning mendorong siswa untuk mengaitkan peristiwa sejarah dengan kehidupan mereka, berpikir kritis tentang sebab-akibat, serta menghubungkan peristiwa sejarah dengan kondisi sosial yang lebih luas.

Pembelajaran seperti ini menuntut siswa untuk tidak hanya mengingat fakta, tetapi untuk menganalisis, merefleksikan, dan menghubungkan pengetahuan tersebut dengan pengalaman mereka.

Pembelajaran Sejarah yang Terjebak dalam Hafalan

Sering kali, pembelajaran sejarah di sekolah masih terjebak pada pendekatan yang mengutamakan hafalan tanggal dan peristiwa. Hal ini membuat siswa merasa jenuh dan kurang terlibat dalam materi yang diajarkan.

Sebuah penelitian di SD menunjukkan bahwa tingkat ketuntasan klasikal dalam pembelajaran sejarah masih rendah, yaitu di bawah 55%. Salah satu penyebabnya adalah dominasi metode ceramah yang tidak mampu mengundang keterlibatan aktif siswa.

Sebagaimana disebutkan oleh Popham (2009), meskipun metode ceramah masih umum digunakan, ia sering kali tidak efektif untuk meningkatkan pemahaman mendalam, terutama dalam pelajaran sejarah yang membutuhkan analisis kritis.

Tantangan Guru dalam Pembelajaran Sejarah

Guru sejarah dihadapkan pada tantangan untuk menyederhanakan materi yang sering kali sangat kompleks dan luas, sekaligus membuatnya menarik dan mudah dipahami oleh siswa.

Oleh karena itu, metode ceramah sebaiknya dikombinasikan dengan pendekatan interaktif yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, sesuai dengan prinsip yang diajukan oleh Bruner (1960), yang menekankan pentingnya penemuan aktif dalam belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun