Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengupas Filosofis Merdeka Belajar, Apakah Mengikuti Langkah Ki Hajar Dewantara?

29 Oktober 2024   04:08 Diperbarui: 29 Oktober 2024   04:43 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abdul Mu'ti mengkritik bahwa peran guru telah terlalu "dilepaskan" dari kewajiban membentuk karakter dan jiwa siswa, berfokus pada pencapaian kompetensi akademis.

Menurut Lev Vygotsky, teori Zone of Proximal Development (ZPD) menekankan pentingnya bimbingan dalam tahap awal proses pembelajaran untuk mencapai kemandirian sejati.

Kritik Mu'ti terhadap Merdeka Belajar mencerminkan pandangan Vygotsky bahwa anak-anak memerlukan bantuan dari orang dewasa atau teman sebaya, yang seharusnya berperan sebagai pembimbing moral, bukan hanya fasilitator teknis.

Apakah Merdeka Belajar Melenceng dari Nilai Asli Dewantara?

Menurut Abdul Mu'ti, Merdeka Belajar berpotensi mengembangkan kemandirian siswa, tetapi pendekatan saat ini lebih menitikberatkan pada kebebasan teknis yang terbatas dan mengabaikan aspek kebebasan jiwa serta kebudayaan yang dicita-citakan Dewantara.

Dalam penelitian UNESCO di Asia Tenggara tahun 2021, model pendidikan yang berfokus pada pembentukan karakter menunjukkan hasil yang lebih positif dalam pengembangan moral siswa, tetapi di Indonesia, model pendidikan seperti ini belum sepenuhnya terintegrasi dalam Merdeka Belajar yang cenderung lebih mementingkan aspek teknis.

Mu'ti menekankan bahwa Merdeka Belajar perlu mempertimbangkan nilai asli dari "merdeka" sebagai pembebasan jiwa, bukan sekadar pembebasan teknis.

Selain itu, ia menyarankan pentingnya pembinaan karakter, sehingga pendidikan bukan sekadar alat pencapaian akademis, tetapi juga sebagai ruang untuk menumbuhkan budi pekerti.

Kesimpulan

Merdeka Belajar, dalam bentuknya saat ini, masih memerlukan perombakan total agar sejalan dengan visi Ki Hajar Dewantara. Seperti yang ditegaskan oleh Abdul Mu'ti, pendidikan seharusnya lebih dari sekadar penyampaian materi dan pencapaian kompetensi; pendidikan harus menjadi perjalanan membangun karakter dan kesadaran sosial.

Implementasi Merdeka Belajar yang "benar-benar benar" diharapkan bisa lebih merangkul nilai-nilai pendidikan yang autentik sesuai pandangan Dewantara: membebaskan jiwa, membangun karakter, dan menumbuhkan kesadaran sosial budaya yang kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun