Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. REDAKTUR penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah terakreditasi SINTA: Media Didaktik Indonesia [MDI]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Masinis yang Tak Pernah Ada

9 Oktober 2024   00:58 Diperbarui: 9 Oktober 2024   03:02 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pixabay.com-vladimir163rus

OLEH: Khoeri Abdul muid

Malam itu terasa lebih sunyi dari biasanya. Podcast CeritaSenja mengudara seperti biasa, tapi ada sesuatu yang berbeda. Episode kali ini membawa suasana mencekam yang sulit diabaikan. Arman, sang host, memperkenalkan narasumber yang mengaku sebagai seorang masinis veteran. Suara pria itu serak, terdengar lelah seakan-akan setiap kata yang keluar penuh dengan kenangan buruk.

"Banyak yang tidak tahu," pria itu membuka cerita, "di jalur kereta, ada penumpang yang tak terlihat. Mereka yang seharusnya sudah lama pergi, tapi tidak pernah benar-benar pergi."

Arman terdiam, membiarkan suasana hening mengisi jeda. Pria itu melanjutkan dengan cerita yang semakin membuat pendengar merinding.

"Ada satu malam... malam yang tak akan pernah bisa kulupakan." Suara pria itu menegang, tercekik oleh ingatannya. "Malam itu, tepat sebelum tikungan yang dikenal berbahaya di jalur kereta, aku melihatnya. Seorang wanita. Gaun putihnya lusuh, berlumuran darah. Dia berdiri di tengah rel, matanya kosong... tapi penuh dendam."

Arman, yang biasanya penuh pertanyaan, hanya mendengarkan. Napasnya terdengar pelan di mikrofon. Pria itu melanjutkan, suaranya lebih rendah.

"Aku menarik rem. Kereta mendesing dengan suara logam yang mencakar... tapi terlambat. Tubuhnya terseret di bawah lokomotif." Suara pria itu seolah-olah tercekik oleh bayangan yang dia coba lupakan. "Aku turun untuk memeriksa... tapi tidak ada apa-apa. Rel itu kosong. Tak ada tubuh. Tak ada darah. Tapi aku bisa merasakannya. Dia ada di sana, memperhatikanku."

Setiap kali pria itu melewati jalur tersebut, wanita itu selalu muncul lagi. Dan setiap kali, jaraknya semakin dekat, semakin nyata. Wajahnya semakin jelas---mata yang kosong namun penuh amarah, bibir yang bergetar seperti ingin berkata sesuatu yang tak pernah tersampaikan.

Podcast tersebut langsung viral, menyebarkan ketakutan di antara pendengar. Beberapa orang percaya cerita itu, tetapi yang lainnya menganggap itu hanya trik cerita horor belaka.

 Namun, tidak lama setelah podcast tersebut rilis, pihak PT. Kereta Setia Jaya (KSJ) mengeluarkan pernyataan resmi: pria yang mengaku sebagai masinis itu bukan pegawai mereka. Mereka menyebutnya sebagai "masinis gadungan." Tidak ada catatan tentang dirinya. Tidak ada kecelakaan seperti yang dia sebutkan.

Arman menerima teguran dari berbagai pihak, memaksa podcast tersebut diturunkan. Namun, sesuatu yang lebih menyeramkan mulai terjadi pada orang-orang yang terlibat dalam pembuatan episode itu.

Beberapa hari setelahnya, Arman mulai mengalami mimpi aneh. Dalam tidurnya, ia selalu berada di dalam kereta tua yang bergerak pelan, melintasi malam yang pekat. Penumpang-penumpang di gerbong tampak pucat, dengan mata kosong yang menatapnya. Mimpi itu selalu berakhir dengan sosok wanita bergaun putih yang berdiri di tengah rel, wajahnya yang berlumuran darah menatap langsung ke arah Arman, dengan senyum yang menakutkan terukir di bibirnya.

Awalnya, Arman menganggap itu hanya efek samping dari cerita menyeramkan yang dia dengar. Namun, segalanya berubah ketika suatu malam, suara deru kereta terdengar di luar rumahnya. Hal itu aneh, karena tidak ada jalur kereta api di dekat rumahnya. Ketika ia mengintip keluar jendela, dia melihat sesuatu yang membuat darahnya membeku. Di kejauhan, ada bayangan kereta tua melintas perlahan. Di depan lokomotif, wanita bergaun putih itu berdiri, matanya lurus menatap ke arah jendela Arman, seolah menantinya.

Sandi, salah satu kru podcast, mengalami hal yang lebih buruk. Dia ditemukan pingsan di rumahnya setelah bermimpi berada di sebuah stasiun kereta api yang sudah lama ditinggalkan. 

Dalam mimpinya, ada kereta tua yang menunggu, dan di dalam gerbongnya, penumpang tanpa wajah duduk diam, menatap keluar jendela. Setiap kali Sandi mencoba berlari, tubuhnya terasa berat, seolah ada kekuatan tak terlihat yang menahannya. Suara deru mesin kereta semakin keras, mendekat... hingga segalanya menjadi hitam.

Satu demi satu, orang-orang yang terlibat dalam produksi podcast mulai mengalami kejadian serupa. Mimpi buruk, suara deru kereta di malam hari, dan sosok wanita bergaun putih yang terus muncul. Seakan ada sesuatu yang mengikutinya, sesuatu yang tidak bisa dijelaskan oleh akal sehat.

Polisi mencoba melacak identitas pria yang mengaku sebagai masinis dalam podcast itu. Namun, semakin mereka menggali, semakin seram hasilnya. Tidak ada catatan tentang pria tersebut. 

Tidak ada bukti tentang kecelakaan yang dia sebutkan. Pria itu, pada dasarnya, tidak pernah ada. Identitasnya palsu. Bahkan, seolah-olah cerita tentang dirinya hanyalah sebuah ilusi... atau mungkin sesuatu yang lebih buruk.

Namun, puncak kengerian terjadi beberapa minggu kemudian, ketika Arman tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Teman-temannya mencoba menghubunginya, tapi tidak ada respons. Di rumahnya, hanya ada sisa-sisa kehidupan yang tergesa-gesa. Laptopnya masih menyala, terbuka pada file skrip podcast. Tapi yang membuat segalanya lebih mengerikan adalah pesan terakhir yang dia kirimkan kepada salah satu kru:

"Dia ada di sini. Wanita itu... aku mendengar deru keretanya. Dia datang menjemputku."

Setelah pesan itu, tidak ada lagi jejak Arman. Tidak ada petunjuk, tidak ada tanda-tanda keberadaannya. Satu-satunya yang tersisa adalah suara samar kereta tua yang terus terdengar di malam hari, menggema di tempat-tempat yang seharusnya tidak ada rel kereta.

Dan kisah tentang masinis yang tak pernah ada, perlahan-lahan menjadi legenda yang menghantui mereka yang cukup berani untuk mendengarkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun