Arman menerima teguran dari berbagai pihak, memaksa podcast tersebut diturunkan. Namun, sesuatu yang lebih menyeramkan mulai terjadi pada orang-orang yang terlibat dalam pembuatan episode itu.
Beberapa hari setelahnya, Arman mulai mengalami mimpi aneh. Dalam tidurnya, ia selalu berada di dalam kereta tua yang bergerak pelan, melintasi malam yang pekat. Penumpang-penumpang di gerbong tampak pucat, dengan mata kosong yang menatapnya. Mimpi itu selalu berakhir dengan sosok wanita bergaun putih yang berdiri di tengah rel, wajahnya yang berlumuran darah menatap langsung ke arah Arman, dengan senyum yang menakutkan terukir di bibirnya.
Awalnya, Arman menganggap itu hanya efek samping dari cerita menyeramkan yang dia dengar. Namun, segalanya berubah ketika suatu malam, suara deru kereta terdengar di luar rumahnya. Hal itu aneh, karena tidak ada jalur kereta api di dekat rumahnya. Ketika ia mengintip keluar jendela, dia melihat sesuatu yang membuat darahnya membeku. Di kejauhan, ada bayangan kereta tua melintas perlahan. Di depan lokomotif, wanita bergaun putih itu berdiri, matanya lurus menatap ke arah jendela Arman, seolah menantinya.
Sandi, salah satu kru podcast, mengalami hal yang lebih buruk. Dia ditemukan pingsan di rumahnya setelah bermimpi berada di sebuah stasiun kereta api yang sudah lama ditinggalkan.Â
Dalam mimpinya, ada kereta tua yang menunggu, dan di dalam gerbongnya, penumpang tanpa wajah duduk diam, menatap keluar jendela. Setiap kali Sandi mencoba berlari, tubuhnya terasa berat, seolah ada kekuatan tak terlihat yang menahannya. Suara deru mesin kereta semakin keras, mendekat... hingga segalanya menjadi hitam.
Satu demi satu, orang-orang yang terlibat dalam produksi podcast mulai mengalami kejadian serupa. Mimpi buruk, suara deru kereta di malam hari, dan sosok wanita bergaun putih yang terus muncul. Seakan ada sesuatu yang mengikutinya, sesuatu yang tidak bisa dijelaskan oleh akal sehat.
Polisi mencoba melacak identitas pria yang mengaku sebagai masinis dalam podcast itu. Namun, semakin mereka menggali, semakin seram hasilnya. Tidak ada catatan tentang pria tersebut.Â
Tidak ada bukti tentang kecelakaan yang dia sebutkan. Pria itu, pada dasarnya, tidak pernah ada. Identitasnya palsu. Bahkan, seolah-olah cerita tentang dirinya hanyalah sebuah ilusi... atau mungkin sesuatu yang lebih buruk.
Namun, puncak kengerian terjadi beberapa minggu kemudian, ketika Arman tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Teman-temannya mencoba menghubunginya, tapi tidak ada respons. Di rumahnya, hanya ada sisa-sisa kehidupan yang tergesa-gesa. Laptopnya masih menyala, terbuka pada file skrip podcast. Tapi yang membuat segalanya lebih mengerikan adalah pesan terakhir yang dia kirimkan kepada salah satu kru:
"Dia ada di sini. Wanita itu... aku mendengar deru keretanya. Dia datang menjemputku."
Setelah pesan itu, tidak ada lagi jejak Arman. Tidak ada petunjuk, tidak ada tanda-tanda keberadaannya. Satu-satunya yang tersisa adalah suara samar kereta tua yang terus terdengar di malam hari, menggema di tempat-tempat yang seharusnya tidak ada rel kereta.