Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. REDAKTUR penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah terakreditasi SINTA: Media Didaktik Indonesia [MDI]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kutukan Ponco-Silo Pascalayat Pak Guru Budi

2 Oktober 2024   03:47 Diperbarui: 2 Oktober 2024   04:04 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: guru-murid, anak-ortu harusnya begini.  sumber gambar: https://www.genmuslim.id/

"Kita ngopi dulu, Mas"

"Hmm!" isyarat setuju Silo.

 Merekapun ambil posisi lesehan di pojok yang bersudut pandang Surabaya malam yang megah. Saat itu belum terlalu ramai pembeli. Sehingga dua gelas kopi hitam dan pisang godog favorit mereka pun tersuguh.

"Kata Pak Kiyai. Ikhlaskan takdir yang terjadi. Tapi manusiawi, bila itu perlu proses. Wajar jika rasa prihatin dan marah itu ada, Co."

"Prihatinnya jelas, Mas. Kepada kejadian itu. Tapi marahnya kepada apa? Kepada siapa? Kepada Holili itu, Mas?"

"Ya, sama. Kepada kejadian itu, Co. La, sal bocah bengah si MH itu kan sudah ada mekanisme hukumnya.".   

"Maksudnya, Mas?'

"Yang kupikirkan, Co. Kenapa harus terjadi disharmoni antara Guru dan Murid? Bukankah sekolah merupakan wahana persemaian nilai-nilai akhlaqul karimah. Dan, kawah candradimuka pemanusiaan manusia muda, Co?"

"Karena itulah, Mas. Disharmoni itu harus diminimalisir. Tapi, caranya bagaimana?"

"Gini, Co. Dahulu, pola hubungan murid-guru, bahkan juga dengan wali murid masih bercorak informal (kekeluargaan). Dengan budaya yang menempatkan profesi guru sebagai berwibawa. Sedangkan kini?"

"Ya. Aku tahu, Mas. Di tengah euphoria demokrasi. Maka pola hubungan tersebut telah cenderung bergeser menjadi hubungan formal kan, Mas?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun