Menyadari setiap kali adanya respon dari luar diri, merupakan hal penting. Respon yang dimaksud bukan sebatas lewat lisan yang umumnya hal ini seringkali terjadi, dan kita semua alami.
Ada respon yang terkadang apa yang dirasai diri kita. Kita sendiri tidak bisa memahaminya. Seperi melihat semesta dengan kekosongannya, atau merasakan sesuatu yang terjadi pada raga.
Seperti ketika selesai sembahyang ataupun meditasi kita coba diam bertafakur, tiba-tiba raga merasakan gerakan tertentu. Entah itu kepala serasa berputar, ataukah suara riuh raga, suara tersebut ada di rumah, atau bisa juga bentuk lainnya.
Semua itu tidak mustahil terjadi Sadari saja semua itu. Banyak yang mengalami, dan itu bukan sesuatu. Maksud dari bukan sesuatu adalah, bukan peristiwa ajaib, melainkan hal alamiah, terkait bathin kita.
Ketika hal tersebut diceritakan kepada yang lain, tentu saja mereka akan menganggapmu sebagai pembohong, gila atau bahkan kesurupan.
Aku termasuk orang yang percaya hal itu, tanpa mencatata sosok yang mengalaminya begitu dan begini. Akan tetapi untuk apa semua itu diceritakan. Itu hal alami yang bisa terjadi kepada yang dikehendaki.
Ketika kita kurang bijak merespon hal ini. Yang rugi adalah kita sendiri.
Maaf jika saya boleh berpendapat, tidak perlu mengklaim bahwa itu merupakan kesadaran seseorang. Sekalipun saya tidak menyalahkan jika ada yang berpendapat seperti itu. Masing-masing dengan pendapatnya kenapa tidak?
Saya hanya berani bilang, bahwa pengalaman tersebut sebatas respon (sensasi) dari raga yang kebetulannya sedang rilaks saja.
Saya pernah membaca hal tersebut merupakan pengalaman transidental dimana indra tidak bisa menjelaskan.
Semua orang tahu bahwa rasa gula manis. Tapi tahunya manis itu, hanya lidah yang dapat membuktikannya.