Kemanakah larinya sahabat ketika aku terbaring tak bernyawa seperti ini? Kemanakah larinya sanak keluarga dan kerabat ketika pemakamanku semakin dekat waktunya? Kemanakah mereka semua? Apa aku ini memang benar tak bermakna layaknya abu karet yang berbau busuk saat terbakar? Kalian semua bersyukurlah, kehidupan kalian masih didampingi kedua orang tua, sahabat masih bersedia disamping kalian, keluarga masih memanja kalian
Kalian tahu? Gadis sepertiku ini sudah tak berguna untuk hidup
Keduanya telah berpisah semenjak usiaku tiga tahun, tak terbayangkan kebahagiaanku selama ini adalah kebahagiaan plasu yang tertulis di skenario mereka dengan satu alasan, tidak ingin membuat diriku terjerat penderitaan dan mengalami kegagalan mental atas perceraian mereka
Lalu apa salahnya bila mereka jujur di awal? Aku justru lebih mengharapkan semua itu, ini kebohongan yang luar biasa, aku bagaikan boneka beruang cokelat yang dilempar kesana kemari dengan senyuman kering, candaan basi!
Ayah, maafkan Alen. Alen tidak menerima semua kehendak Tuhan, terlalu kejam sepertinya. Ibu, maafkan Alen, Sepertinya ibu akan menjumpai Alen diujung neraka Jahanam
Semua telah berakhir, bukan salah kalian berdua, namun sakit jika kejujuran harus dihiasi dengan kepahitan
Untuk Ayah dan Ibu, sampai jumpa di keabadian...
Â
SELESAI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H