Mohon tunggu...
Zulkarnain ElMadury
Zulkarnain ElMadury Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Lahir di Sumenep Madura

Hidup itu sangat berharga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Debat Tentang Isbal di Sebuah Majelis Ilmu

18 November 2024   05:02 Diperbarui: 18 November 2024   07:19 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Benar sekali," kata Ustaz Abdullah. "Ingatlah, kesombongan itu halus, dan bisa masuk ke dalam hati tanpa kita sadari. Oleh karena itu, berhati-hatilah. Semoga Allah selalu membimbing kita semua."

Majelis Itu Pun Berakhir

Setelah majelis itu selesai, para hadirin mulai beranjak pulang. Namun, seorang pemuda yang sejak tadi tampak ragu-ragu mengangkat tangan dan memanggil ustaz Zulkarnain. "Ustaz, mohon maaf, bolehkah saya bertanya lagi? Saya masih bingung tentang hukum isbal."

Zulkarnain tersenyum, menyadari bahwa topik ini belum selesai bagi sebagian orang. Ia memberi isyarat kepada pemuda itu untuk mendekat dan duduk di salah satu sudut masjid yang kini mulai lengang. Bersamanya, beberapa jamaah yang masih penasaran ikut mendekat, termasuk seorang pria yang tampak lebih tua dan berwibawa, mengenakan sorban putih.

Pemuda Menggugat dengan Logika

Pemuda itu memulai dengan nada sopan namun kritis, "Ustaz, saya memahami hadis-hadis yang Anda sampaikan tadi. Namun, bukankah inti dari larangan isbal adalah karena kesombongan? Jika saya memastikan bahwa niat saya bukan kesombongan, bukankah itu cukup untuk membebaskan saya dari dosa?"

Zulkarnain menatapnya tajam namun ramah. "MasyaAllah, pertanyaan yang baik. Tapi izinkan saya menjawab dengan hadis. Rasulullah bersabda: 'Apa yang lebih rendah dari kedua pergelangan kaki dari sarung (pakaian), maka tempatnya di neraka.' (HR. Bukhari). Perhatikan, tidak disebutkan niat dalam hadis ini. Apakah menurutmu kita bisa memastikan bahwa diri kita terbebas dari kesombongan?"

Pria bersorban putih yang sejak tadi diam tiba-tiba angkat bicara. "Ananda, kesombongan adalah sesuatu yang sulit dilihat, bahkan oleh diri sendiri. Seorang yang sombong jarang menyadari bahwa ia sombong."

Pemuda Membawa Contoh Abu Bakar

Namun pemuda itu tak menyerah. "Tapi, Ustaz, bukankah Abu Bakar pernah berkata kepada Rasulullah bahwa sarungnya sering melorot tanpa disengaja? Dan Rasulullah menjawab, 'Engkau bukan termasuk orang yang melakukannya karena kesombongan.' Apakah ini tidak menunjukkan bahwa niat itu penting?"

Zulkarnain mengangguk pelan. "Benar, tetapi kasus Abu Bakar adalah pengecualian. Wahyu sendiri yang menegaskan bahwa ia tidak sombong. Kita ini siapa dibandingkan Abu Bakar? Bisakah kita yakin bahwa hati kita sebersih hatinya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun