Temanggung, di kaki Gunung Sindoro, tepatnya di Desa Gunungsari, Kecamatan Bansari. Di balik asrinya alam dan perbukitan hijau tersembunyi sebuah deretan rak-rak tempat pembudidayaan jamur kuping. Di sebuah garasi rumah, keluarga bapak kusno menoreh kisah sukses usaha budidaya jamur kupingnya.
Bagi pak Kusno, seorang petani sayur dan tembakau asal Temanggung ini, budidaya jamur kuping telah terbukti menjadi peluang bisnis yang sangat menguntungkan.
Dengan memanfaatkan ruang kosong yang ada di garasi rumahnya, pak Kusno dan keluarganya berhasil membangun usaha budidaya jamur kuping yang kini bisa dibilang menjadi salah satu sumber penghasilan utamanya.
Pak Kusno, seorang warga desa Gunungsari berusia 57 tahun ini, awalnya adalah seorang petani sayur dan tembakau. Dari banyaknya kenalan dan relasi yang ia peroleh membuat ia  terdorong untuk mencoba sebuah usaha budidaya jamur kuping di garasi rumahnya, dan perlahan-lahan pak Kusno mulai mengembangkan usaha budidaya jamur kupingnya menjadi lebih serius.
"Dulu awalnya itu saya diberi tahu oleh keponakan saya tentang adanya budidaya jamur kuping di dusun sorogaten, dari situ akhirnya saya survei dan tanya-tanya kepada pembudidaya jamur yang ada di sana, kemudian saya mencoba untuk membudidayakan sendiri jamur kuping ini di garasi rumah saya" ungkap pak Kusno (09/06/2024).
Keluarga pak Kusno ini sudah menjalankan usaha budidaya jamur kupingnya sejak tanggal 4 Februari 2024 kemarin hingga saat ini.
Dengan modal pengalaman dan pengetahuan yang ia peroleh dari pembudidaya jamur kuping dari desa sorogaten, ia mencoba mengawali budidaya jamurnya sebanyak 1.500 bag log (media pertumbuhan jamur) di garasi rumahnya.
Ia membeli log jamur kuping ini dari bapak Anjar, seorang pengusaha jamur di daerah Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Log jamur ini ditawarkan bapak Anjar dengan harga Rp 2.500/log.
Dari sana pak Kusno membeli 1.500 log dengan harga Rp 3.500.000, karena mendapatkan potongan harga dari bapak Anjar. Dengan harga itu, log sudah diantarkan sampai rumah pak Kusno tanpa ada tambahan biaya kirim.
"Untuk log jamur ini saya membeli dari mas Anjar di daerah Cangkringan, Sleman, Yogyakarta sana. Satu lognya dihargai 2 ribu lima ratus, saya membeli 1.500 log dengan harga 3 juta lima ratus, itu sudah sekalian diantarkan sampai rumah" ujarnya.
Bag log jamur kuping ini dibuat menggunakan serbuk kayu yang diayak halus. Setelah diayak halus kemudian dicampur dengan bahan bahan lain seperti katul (dedak pakan ayam), tepung jagung dan lainnya.
Setelah semua bahan tercampur lalu ditambah dengan air dan probiotik. Proses selanjutnya adalah pengomposan, dimana campuran bahan tadi akan didiamkan dengan ditutup menggunakan terpal selama beberapa hari.Â
Kemudian, setelah proses pengomposan selesai, bahan campuran akan dibungkus menggunakan plastik khusus dan disterilisasi menggunakan semacam oven dengan suhu 90-100 derajat Celsius selama beberapa jam.
Setelah proses ini selesai log-log tersebut akan didinginkan selama 24 jam dan dipasangi lubang cincin di bagian depan plastik log.
"Proses pembuatan log jamur ini juga cukup panjang, menggunakan serbuk kayu kemudian dicampur bahan lain seperti katul dan lainnya, lalu dioven, dan dibungkus menggunakan plastik, dan banyak lagi, semisal mau tau lebih detail, bisa datang ke cangkringan" jelas pak Kusno.
Jamur kuping merupakan salah satu komoditas yang masih jarang dibudidayakan. Berbeda dengan jamur tiram, saat ini hampir kebanyakan pembudidaya jamur menanam jenis jamur tiram, sehingga saat ini keberadaan jamur tiram sudah dianggap biasa, berbeda dengan jamur kuping yang masih jarang dibudidayakan.
Perawatan jamur kuping ini juga terbilang tidak terlalu rumit, menggunakan tempat yang cukup luas dengan sirkulasi udara yang cukup dan kelembaban ruangan yang baik, tidak kurang tidak lebih, jamur tiram ini akan tumbuh dengan baik.
Selain itu perawatan jamur ini juga hanya perlu disemprot dengan air bersih tanpa menggunakan bahan kimia lainnya, dengan catatan 2 kali sehari ketika musim hujan dan 3 kali sehari selama musim kemarau.
Hai ini dilakukan agar baglog jamur tidak kering, sehingga pertumbuhan jamur bisa berjalan dengan baik.
"Perawatan jamur kuping ini juga cukup mudah, cukup dengan menyemprotkan air saja tanpa menggunakan campuran bahan kimia sama sekali, untuk penyemprotannya juga dilakukan 2 kali sehari ketika musim hujan dan 3 kali sehari ketika musim kemarau untuk menjaga agar bag log jamur tidak kering. Ruangan yang digunakan pun harus lembab dengan sirkulasi udara ventilasi yang cukup, tidak boleh kurang tidak boleh lebih" beber pak Kusno.
Jamur kuping ini bisa dipanen kisaran waktu antara 30 hingga 35 hari, tergantung bagaimana pertumbuhan jamur kuping tersebut. Jika dalam waktu satu bulan pertumbuhan jamur kuping belum maksimal sehingga kurang bagus jika langsung dipanen, maka bisa menunggu beberapa hari lagi menyesuaikan jamur kuping agar bisa tumbuh sampai maksimal.
"Jamur kuping ini bisa dipanen selapan hari sekali, selapan hari itu 35 hari. Tapi juga liat liat dulu, semisal satu bulan jamurnya udah maksimal ya bisa dipanen, tapi kalau belum ya biasa nunggu  beberapa hari lagi sampai jamurnya maksimal baru kemudian dipanen" jelasnya.
Dalam sekali panen, dari 1.500 log jamur, pak Kusno bisa mendapatkan jamur kuping basah sebanyak satu setengah kwintal. Proses pemanenan ini pun tidak boleh sembarangan, jamur kuping yang akan dipanen harus benar-benar dilihat apakah jamur tersebur sudah maksimal untuk dipanen atau belum.
Cara pemetikannya pun harus hati-hati agar akar yang ditarik dari log tidak membuat serbuk kayu yang didalam log berhamburan keluar. Setelah dipetik jamur kuping ini juga harus dipisahkan dari bonggol akarnya.
"Dalam sekali panen dengan jangka waktu antara 30 hingga 35 hari, saya bisa mendapatkan hasil panenan jamur kuping hingga satu kwintal setengah jamur basah. Itu pun jamurnya nanti harus dipisahkan dengan bonggol akarnya" ungkapnya.
Harga jual dari jamur kuping ini juga berbeda beda. Harga jual untuk jamur kuping basah biasanya sekitar 11 ribuan per kilo, sedangkan untuk harga jual jamur kuping yang kering berkisar antara 60-80 ribu rupiah per kilo dari petani, bahkan untuk harga ecerannya dipasar bisa mencapai 200 ribu per kilo.
"Kalo harga jual jamur kuping ini berbeda-beda. Kalo yang basah itu sekitar Rp 11 ribuan, kalo yang kering itu mulai dari Rp 60 sampai Rp 80 ribuan per kilo dari petaninya, malah kalo eceran di pasar kemarin itu bisa mencapai Rp 200 ribu, tapi nggak tau kalo sekarang" ujar pak Kusno.
Sekali penjualan, pak Kusno bisa meraup keuntungan hingga Rp 2 juta rupiah. Dari satu setengah kwintal jamur kuping basah yang ia dapatkan, ia keringkan hingga bobotnya hanya menjadi 30 kilogram jamur kering saja.
Jamur kuping kering miliknya ia jual di berbagai tempat, mulai di daerah Soropadan, Temanggung, hingga sampai ke Magelang. Biasanya jamur kupingnya ini ia jual bersamaan dengan jamur kuping yang dibudidayakan oleh pembudidaya lain, baik itu penjualan ke Soropadan, Temanggung maupun ke Magelang.
"Dari 1.500 log jamur kuping, saya mendapatkan satu setengah kwintal jamur basah, kemudian saya keringkan hingga menjadi 30 kiloan saja. Untuk penjualannya kadang saya jual di Soropadan, Temanggung, kadang juga ke Magelang. Penjualannya pun saya barengkan dengan pembudidaya lain" tuturnya.
Bagi pak Kusno, budidaya jamur kuping di garasi rumahnya ini telah terbukti menjadi peluang bisnis yang sangat menguntungkan. Dengan modal yang relatif kecil, dan perawatan yang cukup mudah, menjadikan usaha budidaya jamur kupingnya ini menjadi salah satu sumber penghasilan utamanya.
Untuk masa mendatang, pak Kusno berharap bisa menambah jumlah budidaya jamur kupingnya. Sehingga ia bisa menambah lahan budidaya di luar garasi rumah dan bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Ia juga berharap budidaya jamurnya ini bisa terus berkembang dan terus dilestarikan sehingga bisa dicontoh oleh banyak masyarakat sekitar Temanggung untuk peluang usaha bisnis baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H