Pemalang, Jawa Tengah -- Komunitas Hijau Fisika (KHAUF) HMF FPMIPA UPI berhasil menggelar ekspedisi ilmiah dalam rangka program Seven Volcanic Summits Expedition Indonesia. Kegiatan bertajuk "Exploration 2: Slamet Volcano" ini berlangsung pada 29 November hingga 30 November 2024 dan melibatkan mahasiswa dari Program Studi Fisika dan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.
Fokus pada Kualitas Air dan Mitigasi Bencana Â
Ekspedisi ini bertujuan untuk mengkaji kualitas air di jalur pendakian Gunung SLamet via Permadi Guci, mengidentifikasi karakteristik geologi Gunung Slamet, serta memberikan edukasi tentang mitigasi bencana vulkanik. Gunung Slamet, yang merupakan gunung api tertinggi kedua di Pulau Jawa dengan ketinggian 3.428 meter di atas permukaan laut (mdpl), dipilih karena karakteristik vulkaniknya yang unik dan tantangan lingkungan yang signifikan.
Tim ekspedisi berhasil mengambil sampel air dari tiga sumber air utama di jalur pendakian. Sampel tersebut diuji secara in-situ dan eks-situ untuk mengetahui kelayakan air bagi konsumsi pendaki. Selain itu, tim melakukan observasi geologi di sepanjang jalur pendakian dan mewawancarai pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) serta Pos Pemantauan Gunung Api Slamet.
Hasil Penelitian dan AnalisisÂ
Kegiatan ekspedisi mencakup pengambilan sampel air dari tiga sumber utama di jalur pendakian Gunung Slamet via Permadi Guci, analisis geokimia batuan vulkanik, dan observasi kawasan rawan bencana. Data menunjukkan perlunya peningkatan pengelolaan kualitas air dan mitigasi bencana untuk mendukung keselamatan pendaki.
Kegiatan Sosial dan Edukasi
Tidak hanya fokus pada penelitian ilmiah, ekspedisi ini juga menyertakan kegiatan sosial bersama masyarakat lokal di sekitar lereng Gunung Slamet. Dalam sesi wawancara, masyarakat diberikan informasi mengenai potensi bahaya gunung api dan pentingnya mitigasi bencana.
Ketua pelaksana, Devi "Cengkok" Siska, menyampaikan bahwa kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya keamanan pendakian di gunung api aktif. "Melalui program ini, kami ingin menjadikan ilmu fisika terapan sebagai sarana untuk memahami dan membantu masyarakat menghadapi tantangan alam," ujar Devi.
Hasil yang DiharapkanÂ
Hasil dari ekspedisi ini mencakup artikel ilmiah, infografis, dan seminar edukasi yang akan disampaikan kepada mahasiswa dan komunitas pecinta alam. Data yang diperoleh diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan sistem mitigasi bencana dan peningkatan keselamatan pendakian.
Hasil Wawancara dengan Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Tegal
Â
Pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemalang menegaskan pentingnya pemetaan Kawasan Rawan Bencana (KRB) yang meliputi radius 2 km (KRB 3), 4 km (KRB 2), dan 8 km (KRB 1) dari puncak Gunung Slamet. Sistem peringatan dini (EWS) menjadi alat vital dalam memantau potensi bencana, didukung oleh alat seismograf, GPS, dan CCTV dari Pos Pemantauan Gunung Api (PGA).