Kedua, Adapt to the New Normal. Jaga kesehatan dan keselaman diri, keluarga, karyawan kamu. Cepat temukan peluang baru, problem yang butuh solusi masif. Produksi (jadi reseller) yang dibutuhkan oleh masyarakat saat ini dan 3 bulan kedepan. Optimalkan digitalisasi. Terutama tools yang ada dalam genggaman kita. Seperti Marketing, payment, fulli, dan sebagainya.
Kita dalam kondisi seperti ini, opportunity atau ambil kesempatan untuk menjual kebutuhan masyarakat saat pandemi. Kita sebagai pembisnis tidak stagnan dalam kondisi apapun, walaupun krisis semacam ini di 2020 tidak terjadi pada 1998 dan 2008. Â
Terpenting dalam kondisi pandemi, kita harus jujur. Manusia harus mampu mengendalikan ambisinya pada ekologi. Perbedaan yang selama ini membatasi kita, harus tunduk pada kenyataan bahwa kita manusia adalah mahluk Tuhan YMK.
Inilah momentum kita untuk mendayagunakan kapasitas sebagai bangsa, bersatu mandiri di bidang sosial ekonomi, inovasi, pangan, dan tentu saja dalam bidang kesehatan.
Informasi yang jujur dan transparan itu lebih baik untuk membangun optimisme, lebih baik meninggalkan hal yang kurang berguna dalam kondisi seperti ini. Karena sekarang adalah momentum kemandirian. Setiap orang dituntut untuk mandiri berdiri sendiri.
Ketiga: Survive Through Ecosystem. Bangun mindset: we are all in this together. Bangun jejaring, beyond boundaries. Memanfaatkan fasilitas perbankkan, bantuan pemerintah untuk memitigasi resiko usaha. Berikan yang terbaik untuk masyarakat. Dan ekonomi silaturahim, sekaranglah waktunya.
Keempat, Invest in this Time. Semua berjalan lambat. Kini adalah waktu yang ideal untuk menangani proyek-proyek yang sempat ditunda-tunda. Gunakan waktu untuk meningkatkan proses, kualitas, dan efesiensi. Lakukan pelatihan atau latih diri sebagai pemimpin di bidang yang anda tahu akan berkembang sesudah krisis ini lewat.
Kelima, Be the Calm in the Storm. Jangan berencana terlalu jauh. Ingat hal-hal cepat berubah. Pastikan karyawan kamu terlindungi, pertahankan orang-orang kunci yang menggerakkan usaha kita. Badai (insyaallah) pasti berlalu
Leisure Economy
Istilah Leisure Economy dipopulerkan oleh Linda Nazareth lewat karyanya bertajuk "The Leisure Economy: How Changing Demograhics, Economic, and Generational Attitudes Will Reshape Our Lives and Our Industries" yang terbit di kisaran tahun 2007.
Dikutip dari laman feb.ub.ac.id, Faculty of Economics and Business, berjudul "Bersiap Leisure Economy." Dalam Artikel tersebut Linda Nazareth menjelaskan bahwa telah terjadi pergeseran pola konsumsi dari yang semula dikotomi konsumsi barang (goods-based, misalnya sandang, pangan, dan papan) berubah menjadi experience-based consumption (pengalaman).