Id merupakan satu sistem kepribadian yang sudah tertanam dalam setiap individu sejak ia dilahirkan. Id sangat berkaitan dengan unsur-unsur biologis, oleh karena itu pola kerjanya sangat dipengaruhi oleh hal tersebut, terutama libido dan agesitivitas. Kedua hal tersebut merupakan unsur-unsur yang sangat berkaitan dengan ekspresi kecintaan seseorang yang berperan dalam menjaga dan mempertahankan hidup. Dalam hal ini Freud melihat id sebagai satu ketidaksadaran (unconscious) yang mengutamakan rasa nikmat (pleasure principles) dan tanpa disadari telah mempengaruhi perilaku manusia.
      Ego adalah satu struktur kesadaran akan realitas (reality principles) yang dimiliki manusia. Ia merupakan membentuk kepribadian yang mengatur tingkah laku setiap individu secara sadar. Ego terus berkembang seiring terjadinya interaksi antara individu dan lingkungannya. Ego adalah media yang menghubungkan antara dorongan biologis (id) dengan doronganetika yang lebih tinggi dari (super ego). Ego memegang kendali akan kesadaran manusia untuk dapat diimplementasikan secara nyata dan terkendali dengan baik. Jadi ego berperan penting dalam menjaga stabilitas kehidupan manusia dengan jalan menyeimbangkan antara tuntutan instingtif dari dalam diri manusia dan pertimbang moral yang bermasyarakat.Â
      Super ego merupakan bagian terbesar dalam struktur kepribadian manusia. Super ego adalah anomaly dari id. Jika id selalu mendorong manusia untuk mengikuti insting libidonya, maka super ego berusaha membawa manusia untuk lebih mengutamakan nilai-nilai sosial, kepribadian berbudaya serta hal-hal lain yang diperoleh melalui proses pendidikan dalam hidup individu. Super ego lahir sebagai dampak interaksi intens antara individu dan sosial masyarakatnya. Oleh karenanya, super ego memuat unsur-unsur etika, moralitas dan nilai-nilai hidup yang menuntut individu untuk selalu mampu mengendalikan dorongan instingnya masing-masing. Singkatnya super ego dapat kita nyatakan sebagai kata hati yang mengendalikan control kesadaran internal individu yang selalu berkembang seiring perkembangan yang dijalaninya.Â
      Ketiga, sub sistem di atas pada dasarnya merupakan unsur penyusun kepribadian masing-masing individu. Jika id mulai mendorong manusia untuk memenuhi tuntutan hidupnya, maka hadirlah super ego sebagai etikamoral yang membatasi impelementasi dari kedua hal tersebut. Menghadapi kedua pilihan tersebut muncul ego yang berusaha menyeimbangkan kedua tuntutan tersebut. Unsur yang disebut terakhir melakukan proses pemilahan dan pemilihan dengan diikuti penerimaan ataupun penolakan kepada salah satu pilihan yang ada.
Perkembangan Kognitif-Psikologis Remaja
Perkembangan kognitif berhubungan dengan meningkatnya kemampuan berfikir (thinking), memecahkan masalah (problem solving), mengambil keputusan (decision making), kecerdasan (intellegence), bakat (aptittude). Dalam teori perkembangan kognitif Piaget, masa remaja adalah tahap transisi dari penggunaan berfikir konkret secara operasional ke berfikir formal secara operasional. Remaja mulai menyadari batasan-batasan pikiran mereka. Mereka berusaha dengan konsep yang jauh dari pengalaman mereka sendiri. Piaget menilai, pengalaman dengan masalah yang kompleks, tuntutan dari pengajaran formal, dan tukar menukar ide yang berlawanan dengan kelompok remaja, diperlukan untuk perkembangan berfikir secara operasional.
Masa remaja adalah masa stress emosional yang timbul dari perubahan fisik yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu pubertas. Hal itu dipandang sebagai perkembangan proses psiko sosial yang terjadi seumur hidup. Tugasnya psiko-sosial adalah untuk tumbuh dari orang yang tergantung menjadi orang yang tidak tergantung, yang identitasnya memungkinkan mereka berhubungan dengan yang lainnya dalam gaya dewasa.
      Stanley Hall adalah adalah ahli pertama yang memandang perlu masa remaja diselidiki secara khusus. Stanley Hall antara lain mengemukakan bahwa perkembangan psikis banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis. Faktor-faktor psikologis ini ditentukan olehgenetika, disamping proses pematangan yang mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan. Selain itu juga mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa penuh gejolak emosi dan ketidak seimbangan yang tercakup dalam "storm and stress".
      Syamsul yusuf dalam bukunya psikologi perkembangan menyebutkan perkembangan sosial atau dapat disebut penyesuaian sosial ini dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi. Remaja dituntut untuk memiliki kemampuan penyesuaian sosial, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
      Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja. Di antaranya pegaruh keluarga, pengaruh gizi, gangguan emosional, jenis kelamin, status sosial ekonomi, kesehatan dan pengaruh bentuk tubuh. Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa ini sering kali mempengaruhi sikap dan perilakunya. Hurlock mengemukakan perubahan yang terjadi, yaitu: ingin menyendiri, bosan, inkoordinasi, antagonis social, emosi yang meninggi, hilangnya kepercayaan diri dan terlalu sederhana. Sejumlah factor yang mempengarui fisik individu, yaitu factor internal (sifat jasmaniah yang diwariskan dari orang tuanya dan kematangan) dan factor eksternal (kesehatan, makanan dan stimulasi lingkungan).
      Proses perkembangan perilaku dan pribadi setidaknya di pengaruhi oleh tiga faktor dominan yaitu faktor bawaan (heredity), kematangan (maturation), dan lingkungan (environment) termasuk belajar dan latihan (training and learning). Ketiga faktor ini yang kemudian saling bervariasi menjadi hal yang menguntungkan atau menghambat proses perkembangan, yang kemudian menjadi masalah yang tidak mudah di atasi oleh individu yang bersangkutan maupun oleh masyarakat secara keseluruhan. Masalah tersebut antara lain: