Mohon tunggu...
Aden
Aden Mohon Tunggu... Penulis - Khalqinus Taaddin, nama sapaan Aden. Tulisan lainnya bisa dibaca di blog pribadi aden589.wordpress.com

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Naskah Monolog: Kusti

11 November 2020   10:20 Diperbarui: 11 November 2020   10:28 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Naskah Monolog: KUSTI

 

Seorang Pemuda dengan penampilan memakai jas hitam, daleman putih dan berdasi dengan mengenakan celana pendek, masuk lewat panggung kanan di iringi dengan music lagu Iwan Fals yang berjudul Tikus-Tikus Kantor, kemudian ia duduk di ranjang kasur. 

Dengan setting latar tempat kamar tidur yang berantakan dan di pojok kamar ada sebuah meja yang diatasnya tumpukan buku, di dinding tembok menempel beberapa lukisan abstrak.

 "Hampir setiap malam aku diganggu oleh suara tikus-tikus yang berkeliaran diatas kepalaku, bahkan di bawah dipan tidurku, suaranya yang terus berlarian seperti maling yang dikejar-kejar oleh warga sekampung membuat istirahat ku terganggu. Ah,  

Pemuda itu membaringkan badannya merasa kelelahan, tapi duduk kembali, kembali berbaring dan akhirnya ketiduran.

Suara tikus-tikus dari atap kamar mulai berdansa, tiba-tiba berhenti, suara itu kembali berdansa. 

Pemuda itu mulai merasa terganggu tidurnya, beberapa kali ia berganti posisi tidur, ia menutup telinganya dengan bantal, menyelimuti seluruh badannya dengan selimut, kemudian melepasnya. Ia membentak.

"Bangsat!

Suara Tikus-Tikus berhenti.

"Lanjutkan. Lanjutkan saja dansamu itu, mengapa kau berhenti?. Lanjutkan saja, agar tidurku terganggu. Nikmati saja semua sajian yang kau dapatkan. Biarkan saja aku pingsan atau mati besok saat bekerja cuma gara-gara tidak bisa tidur.

Suara Tikus-Tikus kembali berdansa.

"Bagus, bagus!

Suara itu lenyap.

"Teruskan, teruskan!

Pemuda itu mengambil sapu ijuk yang ada di pojok kamar, kemudian memukul-mukul atap.

"Teruskan dansamu itu bajingan, teruskan, teruskan.

Suara itu lenyap tak mengeluarkan suara kakinya kembali.

"Tikus, dimana kah kau, aku tau kau yang telah mengganggu tidurku, mengganggu di saat aku sedang lelah setelah bekerja 8 jam non-stop dengan upah tidak sesuai, malah sekarang kau membuat aku semakin lelah, resah. Kesabaranku sudah mencapai puncak, sekarang, mulai mala mini, jam ini, menit ini, detik ini aku akan mencarimu, mendapatkanmu dan kemudian menangkapmu lalu menghantam kepalamu.

Suara Tikus-Tikus kembali menggema dari atap kamar, suara kakinya terbirit-birit.

"Nah dengan suara itu berarti kau sepakat. Karena itu aturan, berarti kau harus menerimanya. Bila perlu kau ditembak!

"Kali ini benar-benar tidak ada ampunan, jika ada yang membuatku merasa terganggu, resah, gelisah, lelah tanpa memikirkanku dan hanya memikirkan kelompok saja, seperti kau dengan enak-enak berdansa di tengah lelahnya aku yang baru pulang bekerja, baru 3 menit tidur kau sudah berdansa-dansa.

"Sudah lama aku bersabar dengan kelakukanmu, awalnya aku percaya, kau hanya mencari sesuap nasi, tapi ternyata tidak, kau malah menghianati dan mengingkarinya. Kau ini bagaimana ?, aku sangat keceewa denganmu.

Pemuda itu merenung sejenak duduk di kursi. Tiba-tiba pemuda itu berteriak.

"Tikus o Tikus, keluarlah. Tidak ada gunanya kau bersembunyi, aku akan memberimu hadiah, hadiah yang di tunggu-tunggu oleh setiap orang, karena aku tahu bahwasanya yang namanya hadiah itu selalu baik bukan?. ialah suatu yang bisa membuat seseorang merasa bergembira bahkan terharu ketika melihatnya maupun mendengarnya. Ah, goblok. Kau dengan kelakuan itu akan ku berikan suatu hadiah yang menggembirakan?. Tidak pantas. Kau tak pernah memikiran orang-orang lain, kau hanya memikirkan dirimu sendiri kus. kau itu dapat makan dari kepunyaanku dan orang lain, kau makan dengan lahap begitu saja. Tapi kau tak pernah memberi makan kepada yang lain, eh, kau malah mengganggunya.

"Yang lebih parah lagi kau membuat aturan hanya tanpa sepengetahuan orang banyak, kau dengan seEnaknya masuk ke kamarku, ke dapurku, bahkan sampai menyelinap-menyelinap ke tumpukan buku-buku.

Tiba-tiba suara seekor tikus berlari di bawah dipan kasur. Kemudian Pemuda itu berdiri tegak sambil mengangkat meja, lalu mengelilingi panggung mencari si tikus.

"Aneh, memang aneh. Dengan semudah itu?, kau tidak bisa dengan semudah itu, kau mau menyerahkan diri?. Keluarlah. Keluarlah,

Pemuda itu mendengar sedikit suara tikus itu mau kabur dari jendela, tapi sebelum itu ia bersembunyi di balik korden, kemudian ia langsung menghampirinya.

"Hey, mau kemana kau tikus yang malang, aku tau kau bersembunyi di balik korden ini kan, hahaha, mau lari kemana kau.

Pemuda itu membuka korden tersebut tidak di temukannya apa-apa, tikus itu hilang entah tau kemana, justru yang dilihatnya satu putungan rokok yang sudah seminggu tidak di pakainya. bahkan jendelanya justru tertutup rapat. 

Tikus itu menyelinap ke dalam tumpukan buku-buku.

"Mau lari kemana kau ha, kau jangan menyelinap di buku-buku itu, aku sangat jijik melihat tikus menyentuh buku-buku ku.

Pemuda itu memukul satu kali tumpukan buku itu yang berada di atas meja sehingga buku-buku tersebut jatuh, Kamar semakin berantakan.

Kemudian tikus itu kearah atas celengan. Mereka saling menatap, seakan-akan tikus itu mengejek sang Pemuda. kemudian perlahan-lahan pintu ia tutup sehingga tikus tersebut tidak bisa keluar dari kamar tersebut.

 "Nah...tikus yang malang, sekarang kau mau kemana?, semua yang terbuka di ruangan ini sudah aku tutup dengan rapat, jadi kau tidak bisa kemana-mana untuk kabur, sekarang serahkan saja dirimu tikus yang busuk.

Perlahan-lahan bangku yang ditangannya terangkat sampai atas kepala langsung menubrukan bangku itu tepat keaerah celengan yang ada disalah satu rak. Tikus itu meloncat kearah kasur. Sedangkan celengan yang berisi uang tabungan itu pecah dan isinya berhamburan kemana-mana, tanpa peduli, Pemuda itu mengejar tikus itu. Pemuda itu kejar-kejaran dengannya, ketika tikus itu dekat didepannya, ia menubrukan bangku, tapi lagi-lagi tikus dengan cerdik menghindar. 

Pemuda itu berkejar-kejaran layaknya Tom and Jerry.

"Mati kau,uh, mati kau, uh serahkan saja dirimu serahkan saja dirimu tikus.

Pemuda itu kualahan.

"Hahaha, kau membuatku merasa kualahan atas permainan mu ini kus, sekarang serahkan saja dirimu agar matimu tidak menjadi tragis karna aku akan  menghantam kepala mu.

"Ayolah jangan bermain-main denganku...serahkan saja dirimu, eh itu kau, mau lari kemana kau, ha,mau lari kemana. Mati kau mati.

Tepat ke 4 kali pemuda itu menubrukan bangkunya, kepala tikus itu terhantam penyot tak berdaya.

Selesai...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun