Suara Tikus-Tikus kembali berdansa.
"Bagus, bagus!
Suara itu lenyap.
"Teruskan, teruskan!
Pemuda itu mengambil sapu ijuk yang ada di pojok kamar, kemudian memukul-mukul atap.
"Teruskan dansamu itu bajingan, teruskan, teruskan.
Suara itu lenyap tak mengeluarkan suara kakinya kembali.
"Tikus, dimana kah kau, aku tau kau yang telah mengganggu tidurku, mengganggu di saat aku sedang lelah setelah bekerja 8 jam non-stop dengan upah tidak sesuai, malah sekarang kau membuat aku semakin lelah, resah. Kesabaranku sudah mencapai puncak, sekarang, mulai mala mini, jam ini, menit ini, detik ini aku akan mencarimu, mendapatkanmu dan kemudian menangkapmu lalu menghantam kepalamu.
Suara Tikus-Tikus kembali menggema dari atap kamar, suara kakinya terbirit-birit.
"Nah dengan suara itu berarti kau sepakat. Karena itu aturan, berarti kau harus menerimanya. Bila perlu kau ditembak!
"Kali ini benar-benar tidak ada ampunan, jika ada yang membuatku merasa terganggu, resah, gelisah, lelah tanpa memikirkanku dan hanya memikirkan kelompok saja, seperti kau dengan enak-enak berdansa di tengah lelahnya aku yang baru pulang bekerja, baru 3 menit tidur kau sudah berdansa-dansa.