Mohon tunggu...
Khalis Uddin
Khalis Uddin Mohon Tunggu... pegawai negeri -

pria dari dataran tinggi gayo, pedalaman aceh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jokowi dan Gayo, Cinta Bertepuk Sebelah Tangan?

9 Mei 2017   15:41 Diperbarui: 9 Mei 2017   15:54 981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalimat ini terucap tentu ada sebabnya, patut diduga Jokowi menerima laporan polemik ganti rugi areal Bandara tersebut. Jelas jika Jokowi ingin mengajak komponen bangsa ini saling tarik ulur demi lancarnya roda pembangunan semasa kepemimpinannya.

Saya pribadi menilai ada perang dalam bathin Jokowi, dia sangat faham polemik budaya yang ‘doeloe’ terjadi antara Aceh pesisir dengan Gayo yang saat ini nyatanya sudah sangat jauh memudar seiring kemudahan informasi saat ini serta pudarnya gagasan pemekaran provinsi Aceh dengan nama Aceh Leuser Antara (ALA), Aceh Barat Selatan (ABAS) atau gabungan keduanya, ALABAS. Terlebih pasca pelaksanaan Pilkada 2017 dimana 2 tokoh Gayo, Nasaruddin dan Nova Iriansyah maju sebagai calon Wakil Gubernur dan ternyata Nova Iriansyah yang berpasangan dengan Irwandi Yusuf berhasil memenangi perebutan suara rakyat Aceh.

Jangka waktu 3 tahun bukan sebentar, itulah yang dialami Jokowi usai menerima ijazah dari Universitas Gadjah Mada (UGM), dia langsung terjun ke masyarakat, dan daerah tersebut adalah Gayo, Aceh. Jokowi pasti tau betul bagaimana karakter Urang Gayo serta alamnya. Begitu juga dengan Aceh khususnya Lhokseumawe dan Banda Aceh yang kerap dikunjungi semasa bekerja di PT. KKA.

Bukti nyata besarnya perhatian Jokowi terhadap Gayo adalah saat gempa yang meluluhlantakkan Ketol tahun 2013 silam. Spontan Jokowi yang saat itu masih sebagai Gubernur DKI Jakarta mengucurkan bantuan Rp. 3 Milyar yang langsung ke Gayo dengan rincian Rp 1 Milyar untuk Bener Meriah dan Rp 2 Milyar untuk Aceh Tengah. Informasi tentang gempa Gayo saat itu tidak lepas dari peran Irmansyah; Putra Gayo Sang Wakil Walikota Jaksel.

Jokowi, menurut Irmansyah sangat mengenal Gayo. “Dia menceritakan tentang keberadaannya di Gayo kepada saya,” kata Irmansyah yang mendapat informasi awal jika Jokowi pernah berdomisili di Gayo dari ayahnya, Wahab Rahmadsyah.

Selama 5 bulan, Irmansyah keseharian tugasnya bersama Jokowi, termasuk pergi kemana-mana karena jabatannya sebagai kepala biro Kepala Daerah dan Kerjasama Luar Negeri Pemerintah DKI Jakarta yang membawahi 4 bagian, Tata Usaha Pimpinan, Kerjasama Luar Negeri, Pelayanan Korps Diplomatik, serta bagian Protokol.

“Saat pak Jokowi sebagai Gubernur hubungan kita bisa langsung-langsung saja, namun sekarang setelah jadi Presiden tentunya harus melewati protokoler ketat Paspampres,” ungkap Irmansyah.

Pemahaman orang nomor satu di Indonesia ini jelas tidak dimanfaatkan dengan baik oleh pihak terkait di Aceh, terlebih Bener Meriah. Salahsatu buktinya, belum ada gelontoran program yang menohok untuk kemajuan Gayo. Baik itu urusan pinus, kopi, tebu, atau bidang budaya. Padahal, keseharian Jokowi selama berada di Gayo adalah dengan hal-hal tersebut, tidak terkecuali Danau Lut Tawar dimana dia kerap mandi di Ujung Baro lokasi hotel Renggali bersama rekan-rekannya. Begitu juga dengan even pacuan kuda Gayo di Musara Alun sangat disenangi Jokowi. Dia tau Didong, bahkan dia pernah bersama-sama muguel canang (memainkan alat musik canang) bersama seniman Gayo, Ceh To’et.

Pengalaman penulis di peluncuran buku Jejak Jokowi di Gayo disela Kongres Persatuan Penulis Indonesia (SatuPena) di Aston Hotel, Solo, 26-29 April 2017 (baca : SatuPena Solo Luncurkan Buku Jejak Jokowi di Gayo) dalam beberapa perbincangan dengan peserta kongres maupun warga Solo, Jokowi kerap pulang ke kampung halaman pertamanya tersebut, terang-terangan atau diam-diam. Tentu ini sangat manusiawi dan tidak perlu diperdebatkan, perlakuan terhadap Solo ini sangat mungkin terjadi untuk Gayo selaku kampung halaman keduanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun