Mohon tunggu...
Khalis Uddin
Khalis Uddin Mohon Tunggu... pegawai negeri -

pria dari dataran tinggi gayo, pedalaman aceh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Indonesia Masih Ada dari Gayo Rimba Raya

12 Agustus 2015   11:30 Diperbarui: 12 Agustus 2015   11:30 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selanjutnya, 6 Desember 2010, di Central Park Building Jakarta, merupakan hari paling bersejarah bagi Ikmal Gopi. “Saat itu adalah saat terindah dalam hidup saya,” kata Ikmal mengawali serangkaian percakapannya dengan LintasGAYO beberapa waktu lalu di salah satu warung kopi di depan Pendopo Bupati Aceh Tengah sehari setelah Ikmal berada kembali di tanah kelahirannya untuk bersilaturrahmi dengan keluarganya di kawasan Simpang Lima Takengon.

“Film RRR ditayangkan di screen yang begitu megah, saya seakan tak percaya itu adalah film yang saya buat,” kenang Ikmal.

Ikmal mengaku tidak  mendapat apapun dari pihak penyelenggara FFI baik berupa bingkisan hadiah, uang, atau penghargaan lainnya, dirinya sudah sangat senang film sejarah Indonesia berlatar Gayo sudah diakui secara Nasional, setidaknya bagi insan film.

Ditanya apakah mendapat apresiasi dari pihak lain, Ikmal tersenyum dan menjawab tentu banyak rekan-rekan yang beri apresiasi dan nyatakan turut bangga atas prestasi yang diraihnya.

“Jangan ditanya pemerintah terutama Pemerintahan di Aceh khususnya Gayo. Mereka sepertinya tidak dengar kabar jika sekelumit cerita sejarah Gayo sudah diakui secara Nasional,” ujar Ikmal.

Bener Meriah misalnya, dengan bangga membubuhkan tugu Radio Rimba Raya sebagai bagian utama logo kabupatennya, tapi kenyataannya hingga saat ini menganggapnya mungkin hanya sebatas hiasan saja.

“Harusnya kita terus berupaya agar catatan sejarah perjuangan Indonesia yang dipelajari dari tingkat Sekolah Dasar hingga pendidikan tinggi harus memasukkan sejarah peranan Radio Rimba Raya kedalamnya,” tegas Ikmal.

Menurut Ikmal, dari penelusuran sejauh ini data-data yang dimasukkan kedalam materi film sudah sangat refresentatif walau mungkin masih ada data-data pendukung lainnya yang belum diperoleh.

Kesana kemari cari data

Berbeda dengan film lain, untuk film documenter harus dicari data-data terkait baik berupa catatan-catatan, audio visual, wawancarai saksi sejarah dan tokoh serta foto-foto pendukung. “Tidak gampang mengumpulkan data pembuatan film ini, harus ditemukan data-data yang tentu tidak menumpuk disatu tempat,” kata Ikmal.

[caption caption="Ikmal Gopi di Sumatera Barat. (Foto : Doc. Ikmal Gopi)"]

[/caption]Pengakuan Ikmal, untuk menelusuri jejak Radio Rimba Raya dia sudah ke Padang, Koto Tinggi Sumatera Barat, ke Gunung Kidul dan Museum Angkatan Darat Yogyakarta, Tulung Agung Jawa Timur dan sejumlah tempat lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun