Mohon tunggu...
Khalis Uddin
Khalis Uddin Mohon Tunggu... pegawai negeri -

pria dari dataran tinggi gayo, pedalaman aceh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Indonesia Masih Ada dari Gayo Rimba Raya

12 Agustus 2015   11:30 Diperbarui: 12 Agustus 2015   11:30 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SEJARAH Indonesia mencatat, 1 Maret 1949 terjadi peristiwa hebat perjuangan mempertahankan kedaulatan Negara Republik Indonesia. Serbuan besar dilakukan di pagi buta oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan mengikutsertakan beberapa pimpinan pemerintah sipil setempat berdasarkan instruksi dari Panglima Besar Sudirman terhadap pasukan Belanda yang menguasai Yogyakarta.

Selama 6 jam, TNI menguasai kota tersebut dan berhasil mematahkan propaganda Belanda di mata dunia yang sebelumnya menyatakan Indonesia lumpuh ditangan bangsa kolonial tersebut. Detik demi detik dimanfaatkan oleh komponen bangsa Indoensia saat itu, tak terkecuali TB Simatupang di Gunung Kidul langsung membuat surat yang ditujukan kepada dunia bahwa Indonesia masih ada dan punya kekuatan besar.

Surat TB Simatupang diteruskan oleh Budiarjo melalui Radio TNI Angkatan Udara (AU) di Gunung Kidul dan diterima dengan baik oleh Sjafruddin Prawiranegara bersama TM Hasan yang saat itu berada di Bidar Alam Sumatera Barat. Pesan tersebut segera disampaikan ke Kutaraja Banda Aceh dan diteruskan ke stasiun Radio di tengah belantara dataran tinggi Gayo, “Rimba Raya”.

Mendapat perintah untuk menyiarkan berita tersebut, operator Radio Rimba Raya (RRR) segera mengudarakannya ke penjuru dunia hingga didengar oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan bunyi pesan “Republik Indonesia masih ada, Pemerintah Republik masih ada, Wilayah Republik masih ada, dan disini adalah Aceh”.

Melalui RRR, Panglima Besar juga telah mendengar berita tersebut. Panglima Besar menginstruksikan untuk memikirkan langkah-langkah yang harus diambil guna meng-counter (menangkis-red) propaganda Belanda.

Dan sejak hari itulah serangkaian peristiwa besar terjadi, PBB turun tangan dalam upaya mengembalikan kedaulatan Indonesia melalui sejumlah perundingan dari perundingan Roem–Royen hingga Konferensi Meja Bundar (KMB) yang melahirkan sejumlah butir perjanjian yang mengembalikan kedaulatan Republik Indonesia.

Ikmal gagas film dokumenter RRR

Puluhan tahun, peristiwa heroic peran Radio Rimba Raya hanya terdengar samar oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia, termasuk warga tanoh Gayo hingga pertengahan tahun 2006 muncul keinginan seorang pria blasteran Gayo dan Pidie kelahiran Takengon, Ikmal Gopi untuk menggali sejarah yang hampir menjadi dongeng bagi generasi sekarang.

Tahun demi tahun dilalui, receh demi receh Rupiah mengalir, satu persatu data diperoleh Ikmal Gopi dan di bulan Oktober 2010 sebuah film documenter pun kelar.

Hari yang bersejarah bagi Ikmal Gopi, putra bujang kelahiran Takengon 38 tahun silam. Rasa lelah selama 4 tahun mengais-ngais sampah-sampah masa lalu ibarat mencari sebatang jarum disegundukan pasir telah dilalui Ikmal Gopi sirna sudah pada 28 Nopember 2010, saat mendengar kabar dari Batam, tempat penyeleksian film karyanya Film Dokumenter Radio Rimba Raya lolos sebagai salah satu dari lima nominator peraih penghargaan pada Festival Film Indonesia (FFI) 2010 menyisihkan sekitar 60 film sekategori yang ikut terdaftar sebagai peserta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun