Mohon tunggu...
khalisha wafix azizah
khalisha wafix azizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi institut teknologi bisnis ahmad dahlan jakarta

saya mahasiswa dari ITB Ahmad Dahlan Jakarta, mengambil jurusan manajemen S-1. hobi saya membaca komik dan mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Financial

Peran OJK Dalam Menangani Kredit Macet di Indonesia

12 Desember 2024   20:45 Diperbarui: 12 Desember 2024   21:26 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

5. Edukasi dan Kesadaran Masyarakat: Edukasi finansial menjadi langkah penting untuk mencegah kredit macet, terutama di segmen UMKM. Menurut OJK banyak pengusaha kecil yang kurang memahami manajemen keuangan sehingga terjebak dalam pinjaman yang tidak produktif. Oleh karena itu, pemerintah dan bank perlu mengadakan program literasi keuangan secara massif.

Mengatasi kredit macet di Indonesia memerlukan pendekatan menyeluruh yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Penguatan analisis risiko, restrukturisasi kredit, digitalisasi, literasi keuangan, dan penegakan hukum adalah langkah-langkah strategis yang harus diambil secara bersamaan. Dengan kolaborasi yang solid, risiko sistemik akibat kredit macet dapat diminimalkan, sehingga mendukung stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional.

Contoh kasus di Indonesia tentang seberapa negatifnya kredit macet.

Berikut adalah salah satu contoh dampak negatif dari kredit macet yang terjadi di Indonesia:

1. Kasus PT Hair Star Indonesia (HSI) dan Bank OCBC NISP: Kasus ini mencuat setelah PT HSI gagal memenuhi kewajibannya membayar utang senilai Rp232 miliar kepada Bank OCBC NISP. Dalam persidangan yang berlangsung pada Juli 2023, Bank OCBC NISP , Bank OCBC NISP menuntut pertanggungjawaban pemegang saham PT HSI, termasuk salah satu pemegang saham terbesarnya, Susilo Wonowidjojo, bos dari Gudang Garam. Pengalihan saham yang dilakukan oleh PT HSI tanpa persetujuan bank disebut sebagai bentuk tindakan melawan hukum, yang semakin memperburuk situasi kredit macet. Tindakan tersebut tidak hanya menyebabkan kerugian finansial bagi bank tetapi juga berisiko mengurangi kepercayaan publik terhadap kredibilitas institusi keuangan di Indonesia. Bank OCBC NISP telah mengajukan pembuktian hukum dan menuntut para pemegang saham untuk bertanggung jawab atas kerugian yang dialami.

2. Kredit Macet di Industri Pinjaman Online: Kredit macet juga menjadi masalah di sektor pinjaman online (fintech lending). Data terbaru pada Agustus 2024 mencatat bahwa 19 platform pinjaman online di Indonesia memiliki rasio kredit macet (TWP90) di atas 5%. Rasio ini menunjukkan jumlah kredit yang telah melewati 90 hari tanpa pembayaran, menandakan risiko tinggi pada sektor ini. Kredit macet semacam ini tidak hanya merugikan investor dan lender, tetapi juga menciptakan tekanan pada OJK untuk mengatur regulasi lebih ketat.

3. Dampak pada BUMN: Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), salah satu BUMN, juga menghadapi masalah kredit macet yang signifikan. Pada 2023, rasio kredit macet bruto (gross NPL) LPEI melonjak dari 26,6% menjadi 43,5%. Meski upaya pemulihan seperti penagihan dan pelelangan aset terus dilakukan, kerugian akibat kredit macet mencapai angka triliunan rupiah. Ini mengakibatkan penurunan kepercayaan investor dan menimbulkan tekanan fiskal yang lebih besar bagi pemerintah.

Kasus-kasus ini menunjukkan bagaimana kredit macet dapat merugikan berbagai pihak, mulai dari bank, lender, hingga pemerintah. Situasi ini menyoroti perlunya penguatan regulasi, transparansi, dan pengawasan yang lebih ketat dalam manajemen kredit untuk mengatasi masalah ini.

Kesimpulan :

OJK memegang peranan penting dalam menangani kredit macet di Indonesia melalui pengawasan, restrukturisasi, penerapan teknologi, edukasi, dan kerja sama antar-lembaga. Langkah-langkah strategis ini tidak hanya membantu menjaga stabilitas sektor keuangan, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, terutama melalui pengelolaan kredit macet yang berpotensi mengganggu kelangsungan operasional lembaga keuangan.

Kredit macet tidak hanya menjadi tantangan bagi bank besar, tetapi juga lembaga keuangan kecil seperti Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan platform financial technology (fintech). Oleh karena itu, peran OJK menjadi kunci dalam memastikan stabilitas sektor keuangan dan perlindungan konsumen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun