Mohon tunggu...
Khalila FatimatuzZahra
Khalila FatimatuzZahra Mohon Tunggu... Dokter - Mahasiswa Kedokteran Universitas Airlangga

I am Khalila Fatimatuz Zahra (18), a Medical Student at Airlangga University. I have a great interest in the medical world. Aspiring to become a doctor with an interest in the specialty of eyes and children. During my studies, I developed research skills by solving problems critically and providing solutions through several science and technology research projects.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Mahal dan Kurang Nyaman: Dilema Layanan Kesehatan di Indonesia Buat Warga Berobat ke LN. Bagaimana Solusi Pemerintah

8 Januari 2025   23:15 Diperbarui: 8 Januari 2025   23:08 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Unggahan pengguna laman X (twitter) @shyscia spanduk berisi ajakan berobat di negara Malaysia terpasang di depan gedung Kedutaan Besar Malaysia untuk 

Baru-baru ini, perhatian publik tersita oleh spanduk yang terpampang di depan Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta. Spanduk itu diunggah oleh seorang pengguna laman X (dulunya twitter) yang memuat pesan mencolok: "Mau Berobat? Ke Malaysia Aja. Lebih Dekat, Lebih Terjangkau." Lokasinya yang berdekatan dengan kantor Kementerian Kesehatan seakan menggarisbawahi ironi besar dalam layanan kesehatan Indonesia.

Ternyata bukanlah sebuah fenomena asing. Sebelumnya, pada bulan April 2024 Presiden ke-7 Republik Indonesia, Joko Widodo bahkan mengungkapkan fakta mencengangkan bahwa lebih dari 1 juta warga Indonesia memilih bepergian ke luar negeri setiap tahunnya untuk mendapatkan perawatan medis.

"Ini bolak-balik saya sampaikan, satu juta lebih warga negara kita Indonesia berobat ke luar negeri," Jokowi di Raker Kesnas 2024 di ICE BSD, Tangerang, Rabu (24/4).

Bahkan, Jokowi juga menyatakan bahwa negara telah dirugikan dengan adanya fenomena masyarakat yang berobat ke luar negeri.

"Kita kehilangan 11,5 Miliar USD, kalau dirupiahkan Rp180 triliun hilang. Karena warga kita tidak mau berobat di dalam negeri," kata Jokowi.

Tidak tanggung-tanggung, angka ini diperkirakan menyebabkan potensi devisa hilang hingga Rp180 triliun. Lantas, apa yang membuat masyarakat lebih memilih berobat ke negara lain?

Faktor Biaya yang Mencekik

Salah satu alasan utama adalah tingginya biaya pengobatan di Indonesia. Dilansir dari Kompas.com, Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, mengungkapkan bahwa harga obat di dalam negeri bisa mencapai 150% hingga 500% lebih mahal dibandingkan Malaysia atau Singapura. Sebagai contoh, operasi bypass jantung di Penang hanya membutuhkan sekitar Rp200 juta, sementara di rumah sakit ternama Jakarta bisa mencapai Rp500 juta. Apa yang menyebabkan harga obat begitu tinggi di Indonesia?

1. Rantai Pasok yang Panjang

Proses distribusi obat di Indonesia melibatkan banyak pihak, mulai dari produsen, distributor, hingga pengecer. Setiap mata rantai ini menambahkan margin keuntungan, yang akhirnya membebani konsumen. Meski ada regulasi untuk mengontrol harga, implementasinya di lapangan masih jauh dari optimal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun