Mohon tunggu...
Khairunnisa Musari
Khairunnisa Musari Mohon Tunggu... lainnya -

"Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu telunjuk (tulisan) mampu menembus jutaan kepala" - Sayyid Quthb. Untuk artikel 'serius', sila mampir ke khairunnisamusari.blogspot.com dan/atau http://www.scribd.com/Khairunnisa%20Musari...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Antara Ismail-Ibrahim, Hudzaifah-Intelijen Rasulullah, Udep-Taufik, dan Hari Ini...

8 Februari 2017   00:27 Diperbarui: 8 Februari 2017   05:24 1554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Air mata tumpah bukan hanya di Karawang. Air mata tumpah juga di luar negeri. Apalagi di berbagai wilayah Indonesia. Juga di Lumajang, Jember, dan sepanjang jalannya... Terlebih ketika melihat foto-foto Udep yang terus menemani Abinya. Udep yang mengetahui kabar kematian Abinya, ia memaksa melihat Abinya meski luka jahitan di dadanya masih basah. Ia bahkan ikut masuk ke masjid dengan posisi masih berbaring di atas bangsal, berselimut putih kebiru-biruan, dengan selang-selang infus menjulur di badannya. Mulutnya tertutup oleh masker. Tak jauh dari keranda ayahnya, ia sholat jenazah. Begitu juga ketika melihat Udep di pemakaman Abinya. Dengan kondisi yang sama, di saat ia harus steril pasca pembedahan, ia hadir menemani Abinya hingga ke liang lahat...

======================

Entahlah, saya merasa ada hikmah yang saling menyambung dari kisah Nabi Ismail putra Nabi Ibrahim, dari kisah Hudzaifah di masa Rasulullah, dari kisah Udep putra Ustadz Taufik Ridho, dan hari ini... Ya, hari ini... Di negeri ini, juga di luar sana... 

Hari-hari ini, benih-benih harapan untuk generasi rabbani masa depan semakin tersemai di hati karena semakin meyakini bahwa kisah Ismail dan Ibrahim bukanlah dongeng pengantar tidur belaka, tetapi kisah itu nyata dan jika Allah berkehendak, kepribadian Ismail dan Ibrahim sesungguhnya ada di sekitar kita... 

Hari-hari ini, masa yang terjadi pada Hudzaifah juga terasa memuncak. Siapa musuh, siapa kawan, siapa lawan, tidak bisa kita ketahui pasti. Kita merasakan kehadiran musuh, tetapi kita tidak bisa menuduh. Berita di media kerap bukanlah fakta yang sejati. Hoax atau tidak hoax bergantung kepada sudut pandang siapa yang bicara, bukan pada realitas murni. Percakapan Hudzaifah dengan Rasulullah mungkin bisa menjadi sandaran untuk salah satu masalah yang negeri ini hadapi... 

Hari-hari ini, Udep dan Abinya menjadi teladan bagi kami. Bagaimana Allah menunjukkan bahwa cinta anak kepada orangtua ternyata tidak selalu sepanjang galah seperti kata pepatah. Ketika Allah sebagai tujuan, maka cinta anak kepada orangtua akan pula sepanjang jalan, sepanjang zaman, sepanjang usia. Kisah Ismail dan Ibrahim terpampang dengan versi berbeda. Seperti inilah seorang anak muslim yang mungkin diinginkan Allah. Bila tidak terlahir dari Abi Ummi yang taat pada Allah, Udep mungkin tak seperti ini kisahnya.

Udep, teriring doa terbaik untukmu dan Abimu, Nak. Begitu banyak yang memberi kesaksian betapa Abimu seorang mujahid dakwah yang tak kenal lelah. Begitu banyak yang menangisi dan merasa berat kehilangan Abimu, Nak. Begitu banyak ia meninggalkan jejak kebaikan dan teladan di hati sahabat-sahabat seperjuangannya. Ia, Abimu, insyaAllah adalah mujahid setia...

Bangkitlah mujahid bangkitlah

Rapatkan barisan rapatkan

Ayunkanlah langkah perjuangan

Mati syahid atau hidup mulia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun