Mohon tunggu...
Khairunnisa Musari
Khairunnisa Musari Mohon Tunggu... lainnya -

"Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu telunjuk (tulisan) mampu menembus jutaan kepala" - Sayyid Quthb. Untuk artikel 'serius', sila mampir ke khairunnisamusari.blogspot.com dan/atau http://www.scribd.com/Khairunnisa%20Musari...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Antara Ismail-Ibrahim, Hudzaifah-Intelijen Rasulullah, Udep-Taufik, dan Hari Ini...

8 Februari 2017   00:27 Diperbarui: 8 Februari 2017   05:24 1554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

doumentasi pribadi
doumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Kemarin. Ketika senja mulai memerah. Ketika lelah seharian mengendap dalam tubuh yang masih belum pulih dari sakit...

Mengarungi samudra kehidupan

Kita ibarat para pengembara

Hidup ini adalah perjuangan

Tiada masa tuk berpangku tangan

Setiap tetes peluh dan darah,

Tak akan sirna ditelan masa

Segores luka di jalan Allah

Kan menjadi saksi pengorbanan

............................................

“Mas Candra, yang nyanyi lagu ini, tadi pagi meninggal dunia...” kata saya kepada sopir yang setiap hari mengantarkan saya. Lagu-lagu yang mengalun dalam mobil memang berasal dari flashdisk yang memuat grup nasyid dan sejumlah penyanyi religi favorit saya.

“Oh ya, Mbak? Siapa nama penyanyinya ini, Mbak?” sahut Mas Candra.

“Namanya Ustadz Taufik Ridho. Beliau sakit dan harus transplantasi hati. Anaknya sampai cuti kuliah di Jerman dan kembali ke Indonesia untuk mendonorkan hati untuk ayahnya...” tambah saya.

“Ohhhh, jadi yang meninggal itu yang nyanyi lagu ini ya, Mbak? Iya iya, saya baca. Padahal, anaknya sudah dibedah lho, Mbak. Tapi terus dijahit lagi. Bapaknya keburu meninggal duluan. Jadi masih dengan jahitan, anaknya minta lihat Bapaknya, Mbak. Terus................”. Takjub saya mendengar runtut cerita Mas Candra yang ternyata tahu lebih banyak. Saya terhenyak. Saya belum sempat mencari tahu kronologis meninggalnya beliau. Saya hanya tahu sejak akhir Januari lalu bahwa Ustadz Taufik sakit dan akan melakukan transplantasi hati. Dan tiba-tiba pagi tadi saya membaca di sosial media bahwa beliau meninggal dunia. Banyak teman di jejaring sosial media yang memberi kesaksian bahwa beliau orang baik dan banyak berjuang untuk dakwah. Tapi, saya tidak tahu kronologis kematiannya...

======================

Malam ini. Usai Isya’.

“Bunda, Bunda kenapa menangis?” tanya N2 sambil memeluk kepala saya yang masih mengenakan mukena.

“Enggak, Bunda hanya terharu. Ada anak laki-laki umur 24 tahun. Dia rela mendonorkan hatinya untuk Bapaknya yang sakit. Bunda yakin, Bapaknya bersedia operasi dan menerima donor hati dari anaknya itu karena anaknya berhasil meyakinkan Bapaknya untuk melakukan itu. Bunda yakin, anaknya yang memaksa sehingga Bapaknya mau menerima. Enggak ada orangtua di dunia ini yang sampai hati meminta organ dalam dari anaknya untuk orangtuanya itu. Enggak ada. Dan pasti tidak terbersit di kepalanya. Tapi anak itu pasti anak hebat, N2. Anak itu pasti pemuda Muslim yang disukai Allah. Apa yang sudah ditanamkan Ayah Ibunya sampai memiliki anak laki-laki seperti demikian? Umur 24 tahunnya tidak seperti kebanyakan pemuda sekarang, N2. Bunda jadi ingat kisah Nabi Ismail dan Nabi Ibrahim...” cerita saya sambil terisak.

Ya, dua hari ini saya terbawa sedih dengan meninggal Ustadz Taufik Ridho. Saya tidak mengenal beliau secara pribadi. Tapi lagu-lagunya adalah peneguh jiwa yang hampir setiap hari bergantian dengan grup nasyid atau penyanyi religi lainnya mengalun dari player mobil saya.

======================

QS. Ash Shaaffaat [37]:

102. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."

103. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).

104. Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim,

105. sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

106. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.

107. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.

======================

Hudzaifah bin Yaman adalah sahabat Rasulullah SAW. Ia terlahir dari orangtua yang sudah bersyahadat. Ketika Rasulullah hijrah ke Madinah, Hudzaifah pun turut serta. Dalam setiap peperangan, kecuali Perang Badar, Hudzaifah ikut mendampingi. Dalam Perang Uhud, Hudzaifah mendapat cobaan besar. Ia pulang dengan selamat. Namun, Yaman Sang Ayah harus syahid oleh pedang kaum Muslimin karena kaum Muslimin tidak mengetahui jika Yaman adalah bagian dari mereka.

Terdapat tiga keistimewaan dari Hudzaifah. Pertama, ia seorang yang cerdas, tanggap, berpikir cepat dan tepat dalam situasi yang serba sulit sehingga ia selalu dapat meloloskan diri dari kesulitan. Kedua, ia seorang yang bijaksana. Jika para sahabat biasa datang ke Rasulullah untuk bertanya tentang kebaikan, maka Hudzaifah datang ke Rasulullah untuk bertanya tentang kejahatan karena khawatir jatuh ke dalamnya. Ketiga, ia seorang yang amanah memegang rahasia. Hudzaifah diberi gelar oleh para sahabat dengan Shahibu Sirri Rasulullah. Pemegang Rahasia Rasulullah.  

Pada perang Tabuk, ketika Rasulullah SAW dan sahabat kembali ke Madinah, sekelompok kaum munafik bermaksud membunuh Nabi dengan melemparkan Nabi dari atas bukit. Rasulullah saat itu memang menghadapi kesulitan besar atas kehadiran kaum munafik yang selalu membuat tipu daya, isu dan muslihat jahat untuk menyerang Rasulullah dan para sahabat. Untuk menghadapi kesulitan tersebut, Rasulullah mempercayakan daftar nama orang munafik kepada Hudzaifah. Rahasia tersebut diberikan Rasulullah agar Hudzaifah mengawasi setiap gerak-gerik mereka untuk mencegah bahaya bagi kaum Muslimin.

Hudzaifah bertanya kepada Nabi, “Wahai Rasulullah, kenapa tidak engkau perintahkan saja untuk membunuh mereka?”

Rasulullah menjawab, “Aku tidak ingin orang-orang berkata bahwa Muhammad membunuh sahabat-sahabatnya.”

Pada puncak Perang Khandaq, Rasulullah memerintahkan Hudzaifah melaksanakan tugas berbahaya. Hudzaifah diutus untuk masuk ke jantung pertahanan musuh di tengah malam. Rasulullah mengutus untuk memperoleh data musuh. Hudzaifah berangkat dengan ketakutan di malam yang dingin menusuk. Rasulullah mengantarkannya dengan do’a, "Ya Allah, lindungilah dia, dari depan, dari belakang, kanan, kiri, atas, dan dari bawah. "Seketika, ketakutan dan rasa dingin yang menusuk itu tidak dirasakan Hudzaifah. Ia merasa memiliki kekuatan untuk menjalankan tugas dari Rasulullah. 

Di jantung pertahanan musuh, Hudzaifah menyusup dan menjelma menjadi anggota pasukan Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sofyan. "Hai, pasukan Quraisy, dengarkan aku berbicara kepada kamu sekalian. Aku sangat khawatir, hendaknya pembicaraanku ini jangan sampai terdengar oleh Muhammad. Karena itu, telitilah lebih dahulu setiap orang yang berada di samping kalian masing-masing!" seru Abu Sofyan kepada pasukannya.

Mendengar ucapan Abu Sufyan, Hudzaifah segera memegang tangan orang yang di sampingnya seraya bertanya, "Siapa kamu?". Jawabnya, "Aku si Fulan, anak si Fulan."

Sesudah dirasanya aman, Abu Sofyan melanjutkan bicaranya, "Hai, pasukan Quraisy. Demi Tuhan, sesungguhnya kita tidak dapat bertahan di sini lebih lama lagi. Hewan-hewan kendaraan kita telah banyak yang mati. Bani Quraizhah berkhianat meninggalkan kita. Angin topan menyerang kita dengan ganas seperti kalian rasakan. Karena itu, berangkatlah kalian sekarang dan tinggalkan tempat ini. Sesungguhnya aku sendiri akan berangkat."

Selesai berkata demikian, Abu Sofyan kemudian mendekati untanya, melepaskan tali penambat, lalu menaikinya. Hudzaifah geram menyaksikan. Jika Rasulullah tidak melarangnya melakukan suatu tindakan di luar perintah sebelum datang melapor kepada beliau, tentu Hudzaifah akan membunuh Abu Sofyan dengan pedangnya.

Sebagai seseorang yang amanah menjaga rahasia daftar orang munafik, Khalifah Umar bin Khattab menjadikan Hudzaifah sebagai indikator ketika ada seorang muslim meninggal. Khalifah Umar selalu menanyakan apakah Hudzaifah turut mensholatkan jenazah orang itu tersebut. Jika Hudzaifah ada, maka Khalifah Umar turut mensholatkan.

 Suatu ketika, Khalifah Umar bertanya kepada Hudzaifah dengan cerdik, "Adakah di antara pegawai-pegawaiku orang munafik?"."Ada seorang,"jawab Hudzaifah. "Tolong tunjukkan kepadaku siapa?"kata Umar. Hudzaifah menjawab,"Maaf Khalifah, saya dilarang Rasulullah mengatakannya.".

Pesan lain dari Rasulullah kepada Hudzaifah adalah tentang pemimpin. Suatu hari Hudzaifah bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kita dulu berada dalam kejahiliahan dan kejahatan, lalu Allah mendatangkan kepada kita kebaikan ini (maksudnya Islam), apakah setelah kebaikan ini akan ada keburukan?”. Rasulullah SAW menjawab, “Ya.”

Lalu apakah setelah keburukan itu akan datang lagi kebaikan?” tanya Hudzaifah kembali. “Ya, dan di dalamnya ada kerusakan yang tersembunyi.”

“Apa kerusakan yang tersembunyi itu,wahai Rasulullah?” tanya Hudzaifah lagi. “Orang-orang yang menunjuki tanpa petunjuk yang benar, ada hal yang engkau terima dari mereka dan ada pula yang engkau ingkari.”

“Apakah setelah kebaikan itu ada lagi keburukan?” tanya Hudzaifah.“Ya orang-orang yang berdakwah di pintu-pintu Jahannam, siapa yang menyambut seruan mereka akan mereka lemparkan ke dalamnya.”

“Ya Rasulullah, terangkanlah mereka kepada kami.” Hudzaifah terus meminta penjelasan. “Mereka juga dari bangsa kita dan berbicara memakai bahasa kita.”

“Apa yang engkau wasiatkan kepadaku andaikan aku mendapat masa itu?” tanya lagi Hudzaifah. “Berpegang teguh dengan jamaah muslimin dan pemimpin mereka.”

“Andaikan mereka tidak punya jamaah dan pemimpin?” kejar Hudzaifah. “Jauhi semua kelompok itu,walaupun untuk itu engkau akan berpegangan pada akar pohon sampai kematian menjemput dan engkau tetap dalam keadaan demikian.”

======================

Udep, panggilannya. Dan Hudzaifah, lengkapnya. Entah, siapa nama panjangnya. Tapi, saya meyakini Ustafz Taufik Ridho memberi nama putra sulungnya adalah mengambil dari nama sahabat Rasulullah, sang intelijen, Hudzaifah bin Yaman.

Udep mengirimkan surat kepada para ikhwah. Saya menemukannya di sebuah web catatan Mas Hadi Santoso.

Mohon doa dari ikhwah sekalian. Insya Allah besok atau lusa saya pulang ke Indonesia untuk melakukan cek dan segala macamnya untuk proses transplantasi hati Abi saya (Muhammad Taufik Ridlo). Mohon doa dari ikhwah sekalian selama proses nanti: 1. agar hati saya cocok untuk didonorkan kepada Abi saya dan saya ikhlas se ikhlas-ikhlasnya menjalani prosesnya 2. agar proses transplantasi hatinya berjalan lancar.

Ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada orang-orang yang saya cintai: Amii Yani, Amii Haris, Ustadz Anis Matta, Pa Fahri Hamzah dan sahabat-sahabat Abi saya yang lainnya, yang telah banyak membantu segala urusan Abi saya. Membantu dari segala macam aspek hingga detail-detailnya.

Terima kasih khusus juga kepada guru yang saya cintai, Pa Anis Alkatiri dan juga istri yang banyak sekali membantu dan mensupport saya. Juga kepada Mas Dimas Abdirama yang membantu banyak sekali urusan saya, terutama terkait masalah dengan Universitas di Berlin karena adanya proses ini. Juga kepada sahabat-sahabat di Berlin dan Jerman: Gading, Wanna, Andri dll yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Mereka banyak mensupport saya. Dan juga kepada ikhwah sekalian di manapun kalian berada. Saya berterima kasih sebesar-besarnya.

Terimakasih semua atas doa-doa kalian. Dan saya memohon selalu doa dari kalian agar semua prosesnya dilancarkan. Saya yakin doa dari kalian semua akan sangat membantu proses penyembuhan Abi saya. Karena senjata sangat ampuh bagi seorang yang beriman adalah doa. Doa yang tulus dari alam jiwa. Semoga doa-doa kalian Allah balas dengan ganjaran tertinggi.

Seperti yang diceritakan Mas Candra, tidak berbeda jauh kisah yang saya temukan dari teman-teman jejaring sosial media maupun di media online tentang bagaimana beberapa menit di meja operasi menjadi kisah yang membuat saya teringat pada Nabi Ismail dan Nabi Ibrahim. Lelah saya menjalani rute Lumajang-Jember-Lumajang setiap hari sebagai birrul walidain saya, bahkan beberapa kali mendapat ujian yang membuat saya harus menumpahkan banyak air mata, ternyata jauuuuuuuuh tidak ada apa-apanya dengan Udep. Saya menangis setiap mengingatnya karena merasakan betapa ketaatan Udep kepada Allah yang ia buktikan dengan kesediaannya mendonorkan hati untuk Sang Abi. Umurnya baru 24 tahun... Ia berani mengambil keputusan besar itu yang mungkin akan mengubah jalan hidupnya, terutama ujung usianya... Umurnya baru 24 tahun... Ia mampu membuktikan kecintaannya sebagai putra sulung kepada Abi, Ummi, dan 6 adiknya... Saya yakin seyakin-yakinnya, Sang Abi dan Ummi tidak mau Udep melakukan itu. Tidak ada orangtua yang rela mengambil sesuatu dari diri anaknya demi menyelamatkan jiwa sang orangtua. Saya yakin seyakin-yakinnya, Udep-lah yang mampu mengubah semua itu. Udep mampu meyakinkan Abi Umminya bahwa Allah menginginkan hal tersebut...

Air mata tumpah bukan hanya di Karawang. Air mata tumpah juga di luar negeri. Apalagi di berbagai wilayah Indonesia. Juga di Lumajang, Jember, dan sepanjang jalannya... Terlebih ketika melihat foto-foto Udep yang terus menemani Abinya. Udep yang mengetahui kabar kematian Abinya, ia memaksa melihat Abinya meski luka jahitan di dadanya masih basah. Ia bahkan ikut masuk ke masjid dengan posisi masih berbaring di atas bangsal, berselimut putih kebiru-biruan, dengan selang-selang infus menjulur di badannya. Mulutnya tertutup oleh masker. Tak jauh dari keranda ayahnya, ia sholat jenazah. Begitu juga ketika melihat Udep di pemakaman Abinya. Dengan kondisi yang sama, di saat ia harus steril pasca pembedahan, ia hadir menemani Abinya hingga ke liang lahat...

======================

Entahlah, saya merasa ada hikmah yang saling menyambung dari kisah Nabi Ismail putra Nabi Ibrahim, dari kisah Hudzaifah di masa Rasulullah, dari kisah Udep putra Ustadz Taufik Ridho, dan hari ini... Ya, hari ini... Di negeri ini, juga di luar sana... 

Hari-hari ini, benih-benih harapan untuk generasi rabbani masa depan semakin tersemai di hati karena semakin meyakini bahwa kisah Ismail dan Ibrahim bukanlah dongeng pengantar tidur belaka, tetapi kisah itu nyata dan jika Allah berkehendak, kepribadian Ismail dan Ibrahim sesungguhnya ada di sekitar kita... 

Hari-hari ini, masa yang terjadi pada Hudzaifah juga terasa memuncak. Siapa musuh, siapa kawan, siapa lawan, tidak bisa kita ketahui pasti. Kita merasakan kehadiran musuh, tetapi kita tidak bisa menuduh. Berita di media kerap bukanlah fakta yang sejati. Hoax atau tidak hoax bergantung kepada sudut pandang siapa yang bicara, bukan pada realitas murni. Percakapan Hudzaifah dengan Rasulullah mungkin bisa menjadi sandaran untuk salah satu masalah yang negeri ini hadapi... 

Hari-hari ini, Udep dan Abinya menjadi teladan bagi kami. Bagaimana Allah menunjukkan bahwa cinta anak kepada orangtua ternyata tidak selalu sepanjang galah seperti kata pepatah. Ketika Allah sebagai tujuan, maka cinta anak kepada orangtua akan pula sepanjang jalan, sepanjang zaman, sepanjang usia. Kisah Ismail dan Ibrahim terpampang dengan versi berbeda. Seperti inilah seorang anak muslim yang mungkin diinginkan Allah. Bila tidak terlahir dari Abi Ummi yang taat pada Allah, Udep mungkin tak seperti ini kisahnya.

Udep, teriring doa terbaik untukmu dan Abimu, Nak. Begitu banyak yang memberi kesaksian betapa Abimu seorang mujahid dakwah yang tak kenal lelah. Begitu banyak yang menangisi dan merasa berat kehilangan Abimu, Nak. Begitu banyak ia meninggalkan jejak kebaikan dan teladan di hati sahabat-sahabat seperjuangannya. Ia, Abimu, insyaAllah adalah mujahid setia...

Bangkitlah mujahid bangkitlah

Rapatkan barisan rapatkan

Ayunkanlah langkah perjuangan

Mati syahid atau hidup mulia

Siapkan dirimu siapkan

Gentarkan musuhmu gentarkan

Takkan pernah usai pertarungan

Hingga ajal kan menjelang

Enyahkan rasa takut dan gentar

Walau raga kan meregang nyawa

Karena Allah tlah janjikan surga

Untukmu mujahid setia

Sumber:

Teman-teman jejaring Facebook saya.

https://hadisantoso.com/2017/01/27/lekas-sembuh-ustadz-taufiq-dan-mari-kobarkan-semangat-indonesia/

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/11/07/29/lp3ev9-kisah-sahabat-nabi-hudzaifah-ibnul-yaman-pemegang-rahasia-rasulullah

https://kisahmuslim.com/2718-hudzaifah-bin-yaman.html

Al-Wahsy, Asyraf Muhammad. (2011). 10 Pendekar Rasulullah: Kesatria Islam Yang Gagah Berani.Jakarta: Gema Insani Press.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun