“Gimana sih ceritanya? Aissssss, kayak begini kok gak di-share ke saya sih....”, tambah saya lagi.
Ya, saya sedikit memaksa Mas Wawan agar mau bercerita kronologis rencana umrohnya. Seperti yang sudah-sudah, biasanya selalu ada unsur ‘dramatis’ dari kisah-kisahnya. Mulai dari ketika tidak punya uang menjelang tahun ajaran baru, istrinya yang keguguran pas juga tidak punya uang, menang lomba karya tulis jurnalistik pas memiliki kebutuhan uang yang sangat mendesak, dan sebagainya. Selalu ada pertolongan Allah ketika detik-detik terakhir ia berbalut keputusasaan. Dari berbagai kejadian itulah akhirnya Mas Wawan menjadi seperti hari ini yang sangat yakin akan janji Allah untuk menolong hambaNya....
"Baik, Mbak. Nanti saya jelaskan lewat email ya,” tutupnya di BBM.
Agak malam, sepucuk email muncul di inbox saya.
-----------------------------------------
Assalamu’alaikum Mbak Iis...
Menuntaskan keingintahuan Mbak Iis tentang umroh saya. Titik tolaknya saat Ramadan lalu. Saat itu kan saya ada tugas liputan ke Philipina. Karena penerbangan internasional, saya berangkat lewat T2 Bandara Soetta. Nah, saat itu buuuanyak sekali jamaah umroh Ramadan yang akan berangkat. Mata saya berkaca-kaca melihat mereka yang tampak gembira. Dalam hati saya bergumam, “Ya Allah, dekatkanlah Mekkah dan Madinah untuk saya. Saya ingin sekali beribadah di Baitullah dan ziarah ke rumah dan makam Nabi-Mu...”
Sejak saat itu saya ber-azzam untuk mengencangkan niat, saya harus segera umroh! Mulai saat itu, hampir setiap usai salat, termasuk saat Tahajud dan Dhuha, saya selalu memohon dimudahkan jalan saya ke Baitullah. Tidak hanya itu, saya meminta restu istri (meski tidak wajib, tapi saya harus sampaikan keinginan saya ini karena berimplikasi pada suplai dapur, hehehe...). Istri saya sempat ragu dengan keinginan saya karena dia tahu seberapa besar kemampuan keuangan saya. Tapi saya yakinkan, Allah bersama saya...
Akhirnya, saya mulai menabung. Tidak banyak, boleh dibilang receh. Saya kumpulkan uang Rp50 ribu, Rp100 ribu, sedikit demi sedikit... Saya jalani semua dengan sabar sembari terus mengencangkan doa yang tiada putus dan bosan.
Oh ya, sejak Idul Adha, saya memanjatkan doa spesifik kepada Allah. “Ya Allah, berangkatkan saya umroh setelah musim haji, Desember atau Januari. Bukankah saya sudah ikhtiar dengan menabung Ya Allah? Mudahkan semuanya...” kira-kira demikian doa saya di hampir setiap sujud shalat dan Tahajud saya.
Ada kisah dramatik, setidaknya buat saya. Dan saya merasa, mungkin di titik inilah Allah ridha dengan ikhtiar saya. Ini husnuzhan saya pada Allah. Ceritanya.... saat itu tabungan umroh saya di amplop di bawah tumpukan baju di lemari baru Rp 600 ribu. Lalu, di suatu pagi, Ustadz Rahmat kirim kabar di grup WA mengabarkan santri yang mendapatkan hadiah umroh kekurangan uang Rp 1,5 juta untuk urusan administrasi. Skedul santri ini berangkat Februari 2015.