Mohon tunggu...
Braga InsaN
Braga InsaN Mohon Tunggu... wiraswasta -

Follow My Twitter @irulinsan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Telik Sandi

3 Februari 2016   13:09 Diperbarui: 3 Februari 2016   13:52 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pondok Ki Ampuh berada tak jauh dari bibir pantai laut Maya. Meski dekat dengan wilayah pantai, namun rindangnya pepohonan mampu menangkal hawa panas laut yang menguap terutama di waktu siang. Antara pondok dan bibir pantai dibatasi sawah yang membentang luas. Hijaunya daun padi menyejukkan pemadangan mata. Aliran air yang bersumber dari atas gunung air terjun desa semakin menambah sejuk suasana. Gemericik air yang menerpa bebatuan seperti alunan nada. Tempat sempurna untuk perawatan jiwa yang tengah terguncang.

Setelah berbasa-basi sejenak dengan Ki Ampuh, Brata akhirnya melepas benar-benar kepergian Surya. Sudut mata nya mengawal langkah kaki putra tercinta nya tersebut. Surya diantar seorang asisten Ki Ampuh menuju bilik inap nya selama di pondokan. Mata Brata tak lepas memandang Surya hingga punggung nya tak lagi nampak.

Menuju bilik, mereka harus melewati ruang bersantai. Pagi hingga siang hari, ruang bersantai di isi pasien jiwa untuk berinteraksi kepada sesama. Saat itu ada tiga orang mengisi aktivitas ruangan. Seorang pria dan dua orang wanita. Keduanya seumuran Surya. Hanya sang pria yang berusia awal empat puluhan.

“Hey! Siapa kamu..?”

Salah satu wanita menyapa Surya. Bukan tanpa sebab. Sapaan terpancing tatapan mata Surya yang selintasan tadi memandang nya.

Asisten Ki Ampuh menyaksikan saja. Ia mengumbar senyum menyaksikan Mimih –nama wanita tersebut—yang berusaha menyapa Surya. Namun langkah lambat sang asisten tertahan. Sedikit tiba-tiba, Surya menghampiri wanita yang tadi sempat bertanya kepadanya.

Wajah Surya tampak serius. Dihampirinya Mimih yang tengah tersenyum malu. Kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan. Seperti berusaha memastikan bahwa tak ada yang mengikuti nya. Tiba di samping Mimih, Surya mendekatkan mulutnya ke telinga kiri wanita tersebut. Suara setengah berbisik halus terlontar dari kerongkongan Surya.

“Nama ku Surya Pratama. Huusshh… tak perlu kau tahu identitas ku wahai gadis.. aku terlarang untuk memberi tahu mu, karena aku merupakan anggota telik sandi kerajaan Maya..!!!”

 

Jakarta, Februari 2016

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun