Mohon tunggu...
Braga InsaN
Braga InsaN Mohon Tunggu... wiraswasta -

Follow My Twitter @irulinsan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Telik Sandi

3 Februari 2016   13:09 Diperbarui: 3 Februari 2016   13:52 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Baik saja Ki.. hanya Surya yang tampaknya butuh sentuhan tangan Ki Ampuh. Mari Ki, masuk ke dalam.” Brata menyambut ramah Ki Ampuh. Kesehatan putra nya berada di tangan Ki Ampuh.

Ki Ampuh mengernyitkan alis melihat kondisi Surya. Kedatangan dan sapaan Ki Ampuh yang tak digubris Surya, menjadi pertanda. Diraihnya lengan kiri Surya. Berusaha memeriksa denyut nadi. Tak butuh waktu lama bagi tabib yang telah banyak pengalaman itu untuk mengambil kesimpulan. Wajahnya yang ditumbuhi cambang dengan  warna keperakan itu segera menoleh kepada Brata. Brata harap cemas menunggu kalimat yang akan meluncur dari mulut Ki Ampuh.

“Goncangan.. Kejiwaan anak mu terganggu. Tampak nya kejadian beberapa waktu lalu menyisakan beban mendalam yang tak mampu diredam sendiri oleh Putra mu.”

Brata menunduk lunglai. Kecemasannya memuncak sudah. Ketakutannya sedari tadi terbukti. Surya terganggu jiwa nya!

“Apa petunjuk mu Ki..?” Brata bertanya lirih.

“Belum terlambat. Penanganan serius dalam jangka waktu tertentu, rasa nya masih bisa membantu. Segera saja kau kirim Putra mu ke pesanggrahan ku. Biar aku bisa melakukan pengawasan melekat terhadap nya.”

Brata lagilagi hanya mengangguk lirih. Ia mengerti benar maksud perkataan Ki Ampuh. Surya harus tinggal dalam perawatan Ki Ampuh di pondokannya yang berada di wilayah pesisir. Itu berarti jiwa nya tergoncang cukup keras hingga membutuhkan penanganan serius.

Brata menerawang pikir. Terbayang mendiang istrinya. Nyai Desma yang wafat saat Surya berusia belasan. Sebelum berpulang, kejadian yang sama menerpa istrinya. Nyai Desma terguncang hebat jiwa nya setelah mengetahui kedua orang tuanya yang sepuh mangkat di tangan gerombolan penyamun yang menyatroni rumah nya. Merampas habis harta benda orang tua nya, berikut harta paling berharga milik manusia, nyawa!

Dalam pikir, Brata berucap; “Akankah kehilangan serupa terulang terhadap putra semata wayangnya? Apakah ini faktor keturunan, lemah mental yang diderita Surya merupakan faktor genetik sang bunda??” tanpa sadar butiran putih luruh menerpa kedua pipi Brata.

***

Dengan perasaan berat, Brata Pratama mengantar Surya menuju pondok pesanggrahan Ki Ampuh. Pondok asri dengan gerbang setinggi tiga kali tubuh orang dewasa, menyambut kedatangan kereta kuda yang mereka tunggangi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun