Mohon tunggu...
Braga InsaN
Braga InsaN Mohon Tunggu... wiraswasta -

Follow My Twitter @irulinsan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Yuna"

31 Januari 2016   09:29 Diperbarui: 31 Januari 2016   09:54 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kalimat terakhir sukses membuat Yuna melebarkan bukaan bibirnya. Kali ini terlihat jelas susunan gigi putihnya yang sedari tadi menyembul malu-malu. Tawanya berderai lepas.

***

Meski telah mengutarakan ke-engganan-nya, namun Yuna tetap mendampingi Prian bertemu kolega bisnisnya. Pertemuan hanya berlangsung dua jam lamanya. Sebelum berpisah, Prian terlebih dahulu mengajak Yuna untuk makan siang di sebuah café yang terletak tak jauh dari lokasi pertemuan bisnisnya. Sebuah café waralaba menjadi pilihan Prian. Letaknya hanya beberapa blok dari lokasi pertama. Masih di area bisnis Palembang Trade Center.

Prian merasa ini pertemuan terakhir dengan Yuna. Penolakan Yuna atas tawaran nya untuk bergabung menjadi staf nya di kantor perwakilan Prian di Palembang pupus sudah. Prian tak ingin memaksa. Mimpi Yuna tak teresapi. Prian lebih memilih memanfaatkan detik akhir pertemuannya dengan Yuna berbincang tentang latar belakang keluarga Yuna.

Yuna bercerita bahwa Ia lahir dan besar di kota manado. Saat ini kedua orang tuanya telah bercerai dan telah memiliki pasangan hidup masing-masing. Jika tengah berada di manado, Yuna tinggal dengan ayahnya yang memiliki usaha bengkel mobil di pusat kota manado. Sementara Ibunya saat ini tinggal di Jakarta dan telah bersuami pula.

Prian tak terlalu tertarik dengan penyebab perceraian orang tua Yuna. Namun Prian menarik kesimpulan bahwa apa yang dilakukan Yuna saat ini mungkin dampak klasik perceraian keluarga.

Apa mau dikata. Negeri tercinta ini sempat tercatat memiliki angka perceraian tertinggi se Asia Pasifik. Data pengadilan mencatat di tahun 2010 silam, terdapat 285 ribu lebih pasangan bercerai. Sisi gelap dari perceraian tersebut justru membayangi anak-anak.

Statistik mencatat bahwa ada beberapa --jika tak ingin disebut banyak-- anak korban perceraian berubah menjadi pecandu alkohol atau narkotika, diantaranya sengaja merusak diri mereka sendiri secara langsung maupun tidak langsung.

Jika menyitir bahasa Psikologi, maka hal itu lumrah disebabkan oleh gejala Psikosomatis. Psikosomatis adalah penyakit fisik yang disebabkan oleh program pikiran negatif seseorang. Pikiran negatif melahirkan segudang masalah emosi seperti stress, depresi, kecewa, kecemasan dan rasa berdosa.

Bulu tangan Prian mengeras membayangkan dampak yang mampu ditimbulkan dari sebuah perceraian berlandaskan teori psikologi tersebut. Seorang anak korban perceraian mampu melakukan tindakan negatif tanpa batas!

Motivasinya tentu beragam. Tak merasa diperhatikan hingga merasa tak memiliki harapan adalah dua dari sekian banyak pemicu. Jika saja Yuna merupakan salah satunya, maka analisa tadi tampak jelas. Apa pula alasan gadis semuda Yuna, berparas elok, hingga rela menghempaskan dirinya ke dalam rotasi hitam. Sementara lingkar putih kehidupan terbuka lebar di hadapannya. Jalan hidup memang pilihan si empu-nya. Takdir hanya melengkapi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun