Film Marlina Pembunuh Dalam Empat Babak bercerita tentang perjuangan seorang janda menuntut mencari keadilan. Karakter Marlina diperankan oleh Marsha Timothy. Selain itu ada juga karakter Novi yang diperankan oleh Dea Panendra. Film berdurasi 1 jam 35 menit ini disutradarai oleh Mouly Surya dan dirilis pada tahun 2017.
Setting film berlokasi di kabupaten Sumba yang indah. Film ini membahas mengenai isu hak wanita  dan ketidakadilan yang diterima oleh wanita. Film bergenre thriller ini mendapatkan rating 98% dari rottentomatoes dan 7/10 dari IMDB.Â
PEMBAHASAN
Film Marilina si Pembunuh dalam Empat Babak menceritakan seorang perempuan yang ditinggal mati oleh suaminya. Ia hidup seorang diri di sebuah perbukitan di Sumba, Nusa Tenggara Timur.Â
Marlina memiliki hutang dengan Markus untuk pemakaman sang anak yang sudah meninggal, namun setahun setelah anaknya meninggal suami Marlina juga meninggal dunia sehingga membuat Marlina menjadi sulit untuk membayar hutang kepada Markus. Markus mengajak komplotannya untuk menjarah hewan-hewan ternak Marlina.Â
Tak hanya itu, mereka juga merampas harga diri Marlina, dikarenakan emosi Marlina memenggal kepala Markus dan memberi racun makanan kepada anak buah Markus. Dalam film ini Marlina berusaha mencari keadilan namun yang ia dapatkan tidak sesuai dengan ekspektasinya. Film ini secara gamblang memperlihatkan betapa ironisnya budaya patriarki yang membuat perempuan tersudutkan.
Disini penulis akan membahas ketidakadilan gender yang diterima oleh perempuan dalam film Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak yang membagi ketidakadilan gender ke dalam enam bentuk, yaitu marginalisasi, steriotip, subordinasi, kekerasan fisik, kekerasan nonfisik, dan beban kerja dosmetik.
1. Marginalisasi
Marginalisasi adalah suatu proses pengabaian hak yang seharusnya didapatkan oleh pihak yang termarginallkan. Marginalisasi berarti menggeser sesuatu kepinggir.Â
Dalam kasus perempuan berarti marginalisasi merupakan suatu kegiatan yang memiskinkan perempuan, sehingga perempuan tidak bisa berekpresif dan bertindak sesuai yang diinginkan karena peran perempuan telah dipinggirkan (Derana, 2016: 168).
Marginalisasi bisa juga diartikan sebagai pemiskinan terhadap kaum perempuan yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah, agama, tradisi, asumsi ilmu pengetahuam, peristiwa berupa perampokan penggusuran, dll.Â
Dalam film ini sangat terlihat sekali marginalisasi yang terjadi pada marlina. Hal ini dapat kita lihat ketika adegan penjarahan hewan ternak milik Marlina yang dilakukan oleh Markus dkk. Disini Markus mengambil harta benda milik Marlina secara paksa dengan embel-embel Marlina tidak akan mampu membayar hutangnya.Â
Selain itu, Markus dengan seenaknya memperkosa Marlina dan merendahkan martabat seorang janda dengan berkata jika sudah jadi janda seharusnya bersyukur jika ada yang mau bukannya menolak.
Selain itu, marginalisasi dalam film ini juga terjadi karena faktor kebudayaan, dimana dalam adat sumba jika ada yang meninggal maka harus diadakan pemakaman untuk mayat tersebut. Karena tidak memiliki uang untuk pemakaman anaknya, Marlina meminjam uang kepada Markus. Namun setelah satu tahun berlalu utang tersebut masih belum lunas. Nasib buruk masih berpihak kepada Marlina, suami yang dicintainya juga meninggal. Karena tidak memiliki uang, Marlina belum dapat mengubur mayat suaminya tersebut. Disini dapat kita lihat bahwa kebudayaan juga menjadi faktor perempuan termarginalisasi.
2. Stereotip
Stereotip merupakan bagian dari budaya yang dipercayai dan diteruskan oleh masyarakat tertentu, dalam hal ini film adalah medianya. Oleh karena itu, apa yang ingin ditampilkan atau dibangun oleh media mengenai stereotip tertentu memiliki pengaruh yang besar kepada masyarakat. Masyarakat akan cenderung menganggap benar apa yang dikonstruksi oleh media.
Dalam film ini stereotip menjadi pelabelan atau anggapan negatif yang dilekatkan kepada kaum perempuan. Hal ini dapat kita lihat dalam adegan suami novi tidak mempercayai anak yang dikandungan Novi adalah anaknya sendiri karena ada anggapan bahwa jika ada perempuan kandungannya sunsang maka dianggap telah berselingkuh dari suaminya. Hal ini dipercayai oleh mertua dari Novi yang selalu mempertanyakan kenapa anaknya belum lahir juga padahal sudah 10 bulan dan dicurigai kandungannya sunsang.
Selain itu, dalam film ini juga terdapat stereotip jika perumpuan tidak lemah lembut maka akan susah mendapatkan laki-laki. Ini dapat dilihat dari potongan adegan Markus yang menasehati Marlina untuk berperilaku lemah lembut sebagai wanita karena kodratnya wanita adalah lemah lembut. Jika tidak maka tidak akan ada laki-laki yang mau meminangnya.
3. Subordinasi
Subordinasi merupakan sikap atau tindakan yang dilakukan oleh masyarakat yang menempatkan posisi laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Perempuan dianggap memiliki tanggungjawab di daerah dosmetik sedangkan laki-laki di area  publik. Hal ini terjadi karena masyarakat percaya dengan konstruksi sosial yang sudah ada sejak lama bahwa posisi laki-laki memang lebih tinggi daripada perempuan. Sehingga menimbulkan ketidakadilan bagi kaum perempuan.
Dalam film ini dapat kita lihat bahwa ada adegan perlimpahan pekerjaan domestik kepada perempuan, yaitu ketika Marlina disuruh untuk membuatkan makanan dan minuman untuk para tamu atau anak buah Markus. Selain itu juga ada adegan Novi yang dipaksa untuk ke dapur membuat makanan padahal ia sudah mau melahirkan karena air ketubannya sudah pecah.
4. Kekerasan fisik
Banyak sekali kita jumpai kekerasan fisik yang terjadi pada perempuan dalam film ini. Salah satunya yaitu ketika Novi di tampar oleh suaminya karena mendebat suaminya yang percaya mitos anak sungsang merupakan anak yang lahir dari perselingkuhan. Ia merasa terhina karena dianggap selingkuh dan tidur dengan lelaki lain.Â
Dalam film ini diperlihatkan bagaimana suami Novi memperlakukan Novi dengan buruk, salah satunya menamparnya berkali-kali sampai Novi terjatuh ke tanah. Hanya karena mitos tersebut suaminya menuduh Novi macam-macam dan melakukan kekerasan fisik kepadanya. Selain itu, banyak sekali dijumpai adegan perempuan yang ditarik secara kasar bahkan sampai mencekik dan memiting leher perempuan.
5. Kekerasan nonfisik
Kekerasan nonfisik adalah perbuatan menyerang psikis atau rohani perempuan dengan tujuan untuk meredusir mental perempuan sehingga menjadi takut, sakit hati, sedih, menangis, dan lain sebagainya. Banyak sekali dalam film ini yang memperlihatkan kekerasan nonfisik yang dialami oleh perempuan, dimulai dari menakut-nakuti perempuan dengan ancaman akan diperkosa, ditodong dengan parang bahkan diancam dibunuh. Hal ini dapat kita lihat dalam adegan anak buah Markus yang mencari keberadaan Marlina kemudian menyandra teman-teman Marlina untuk membuat Marlina menyerahkan diri kepada mereka.
Selain itu, mereka juga melakukan pelecehan seksual kepada Marlina dengan memaksa Marlina untuk memegang bagian tubuh mereka padahal Marlina tidak mau dan menolak hal tersebut. Bahkan Marlina dipaksa membuka baju dan diperkosa saat itu juga padahal ia sudah menolak dan memberontak, sampai akhirnya ia tidak tahan lagi dan membunuh Markus dengan parang yang ada di laci mejanya.
6. Beban kerja dosmetik
Beban kerja dosmetik adalah beban kerja dimana semua urusan rumah tangga dan dapur diserahkan kepada perempuan. Hal ini terlihat dalam adegan dimana Marlina dan Novi memasak di dapur dan juga mengantarkan makanan setelah mereka masak. Ada juga adegan Novi mengangkat jemuran baju setelah sampai di rumah Marlina karena langit sudah mulai gelap.
KESIMPULAN
Pada film Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak penulis membagi ketidakadilan gender ke dalam enam bentuk, yaitu Pertama, terjadi marginalisasi terhadap kaum perempuan. Kedua, adanya diskriminasi terhadap kaum perempuan baik itu di dalam rumah tangga, maupun masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat sudah terkonstruksi dengan label bahwa perempuan tugasnya adalah di ranah domestik sedangkan laki-laki di ranah publik. Ketiga, pelabelan negatif terhadap perempuan. Keempat, kekerasan fisik yang terjadi pada perempuan. Kelima, kekerasan nonfisik yang menyebabkan perempuan menjadi takut, sedih, dan merasa terancam. Keenam, karena peran gender yang diterima oleh perempuan adalah mengelolah rumah tangga, maka banyak perempuan yang menanggung beban domestik lebih banyak dan lebih lama dari laki-laki.
REFERENSI
Prahastiwi, Niken. (2019). Wacana Perlawanan Perempuan pada Film Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak. Surakarta: Institut Agama Islam Negeri Surakarta.
Derana, Ganes Tegar. (2016). Bentuk Marginalisasi Terhadap Perempuan dalm Novel Tarian Bumi Karya Oka Rusmini. Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 2 No. 2 hal 166-171
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H