Mohon tunggu...
Khaidir Asmuni
Khaidir Asmuni Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Alumnus filsafat UGM

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Catatan Kritis di Balik Pro dan Kontra UMP DKI Jakarta

16 Januari 2022   13:24 Diperbarui: 16 Januari 2022   13:55 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Contohnya kebijakan kenaikan UMP (seperti di DKI Jakarta) bukanlah tanpa risiko. Pengusaha bisa bereaksi untuk merelokasi usahanya ke daerah lain. Bahkan ke negara lain.

Tantangan dan Sikap Istiqomah

Dalam sebuah buku hasil kerja sama antara Bappenas dan ADB untuk persiapan studi Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2020-2024, disebutkan bahwa sektor manufaktur Indonesia masih tidak terdiversifikasi karena banyak bertumpu pada ekspor komoditas. Perbaikan di sektor ini penting agar Indonesia bisa mencapai target pertumbuhan yang tinggi.

Indonesia memang memiliki jalan untuk mendapatkan penghasilan dari menjual komoditas yang ada di dalam negeri, misalnya produk hulu. Kita pun sempat bangga karena ada peningkatan ekspor.

Namun ini tidak bisa berlangsung terus menerus. Karena negara luar (seperti China) membeli produk hulu namun memasarkannya dalam bentuk barang jadi.

Pengalaman di negara Amerika Latin, seperti ditunjukkan Eva Paus, konvergensi pendapatan dari komoditas itu bersifat sementara. Sebab, tidak diimbangi dengan konvergensi kemampuan.

Siklus super harga komoditas tahun 2000-an dan dampaknya terhadap pertumbuhan di Amerika Latin adalah contohnya. Antara tahun 2003 dan 2007, ekonomi Amerika Latin mengalami konvergensi pendapatan (income convergence) yang kuat, tetapi tidak dengan konvergensi kemampuan (capabilities convergence).

Ketika ledakan komoditas berakhir pada awal 2010-an, kekurangan kemampuan di negara-negara Amerika Latin muncul ke permukaan.

Melihat pengalaman ini, tak ada jalan lain. Dari komoditas harus beralih ke inovasi. Keterbatasan kemampuan membuat suatu negara harus mengejar ketertinggalannya dalam konteks global karena tekanan persaingan dan kecepatan perubahan teknologi semakin meningkat.

Perubahan teknologi lebih cepat dalam dua dekade terakhir ditambah dengan 'Kebangkitan China' telah melahirkan 'Efek Ratu Merah', di mana negara-negara berpenghasilan menengah harus mengumpulkan kemampuan inovasi lebih cepat hanya untuk tetap berada di tempat yang sama.

Dalam dunia yang kompetitif, kemajuan diperlukan hanya untuk tetap bertahan. Efek Ratu Merah adalah sebuah  hipotesis dalam teori evolusi yang mencetuskan bahwa spesies harus beradaptasi, berevolusi dan berkembang biak dalam rangka bertahan hidup melawan spesies lain yang juga berrevolusi.

Dalam persaingan, kita tidak bisa menolak. Kalaupun harus menundanya, maka itu hanya memperdalam persoalan yang akan dihadapi ke depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun