Ada penelitian menarik yang diungkapkan oleh Thomas Zoga Ramsy, saat mengkaji salah satu pilpres di Amerika Serikat. Thomas mengungkapkan manusia tidak membuat pilihan politik murni berdasarkan rasional, proses kognitif, melainkan proses emosional dan sosial. Orang juga cenderung mengikuti kelompoknya dan tidak mengikuti ideologinya.
Pendapat ini menunjukkan bahwa persoalan emosional sangat menentukan dalam memilih calon presiden. Padahal hal ini bisa saja diatasi apabila program-program partai lebih digaungkan agar masyarakat condong rasional.
Hal ini kontradiktif dengan apa yang sering diungkapkan oleh para pengamat. Jika politik identitas ditinggalkan karena sarat dengan pesan pesan emosional, maka apa bedanya dengan menonjolkan penokohan individu? Karena keduanya sama sama menekankan sikap emosional.
Dengan kata lain, jika masalah dasar rasionalitas diabaikan, dan lebih menonjolkan sisi emosional terhadap tokoh yang didukung, bahkan cenderung memupuk fanatisme, lantas apa bedanya dengan politik identitas yang sama sama menonjolkan emosional.
Menonjolkan sisi personal ketokohan yang menimbulkan fanatisme terhadap para pendukung dan tidak berdasarkan pada program-program kerja ataupun ideologi kepartaian sama halnya tidak mendidik ke arah pemikiran yang lebih rasional di dalam memilih pemimpin.
Ketiga, meski banyak keunggulan, Ganjar "can't win them all". Dalam konteks ini diartikan selain ada kelebihan di pihak Ganjar namun di sisi lain ada pula keunggulan telak Puan Maharani yang dibias oleh gencarnya berita medsos.
Kelebihan Puan di antaranya tidak membuka konflik terbuka tapi lebih banyak mengayomi.
Saat masalah menanam padi di musim hujan, Puan hanya diam. Dan mencari waktu tepat untuk menjelaskan. Juga ketika masalah mikropon merebak. Puan tidak memanfaatkan situasi untuk membentuk opini.
Sikap Puan Maharani justeru menunjukka tidaklah bijaksana jika membuat kegaduhan di tengah masyarakat yang sedang susah didera pandemi.
Itulah sebabnya diam dan mencari waktu yang tepat untuk menjelaskan merupakan sikap seorang negarawan, daripada gaduh di tengah upaya bangsa untuk bamgkit.
Begitu juga terkait dengan masalah rivalitas yang diciptakan medsos antara dirinya dengan Ganjar. Puan lebih banyak melakukan aktivitas kenegaraan dan mengeluarkan retorika retorika yang berpihak kepada rakyat kecil. Dengan cara ini, Puan lebih produktif ketimbang menghadapi konflik-konflik yang tidak perlu dan hanya menghabiskan energi. Di sinilah keunggulan telak Puan Maharani.
Publik memang tengah menunggu bagaimana akhir dari calon yang dikeluarkan oleh PDIP. Apakah memasangkan Ganjar dan Puan? Ataukah Ganjar dilirik oleh partai lain?