Mohon tunggu...
Khaidir Asmuni
Khaidir Asmuni Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Alumnus filsafat UGM

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bias Politik dan Sikap Seorang Negarawan

15 Desember 2021   05:33 Diperbarui: 15 Desember 2021   06:12 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penjelasan panjang lebar ini memang sangat teknis menjelaskan yang terjadi di lapangan. Juga menunjukan realitas sebenarnya di balik isu yang menyebar melalui medsos.

Ganjar Paradoks

Tanpa bermaksud membenturkan Ganjar Pranowo dan Puan Maharani terkait hasil survey, sebenarnya apa yang berkembang di media sosial memiliki beberapa catatan kritis yang layak untuk diungkapkan. Hal ini terutama terkait bias kognitif pada pemberitaan media massa.

Pertama, bias yang terjadi saat ini justeru mengesankan pertentangan calon presiden dari PDIP yang akan bertarung di tahun 2024. Padahal, PDIP belum menentukan sikap.

Tingginya animo yang menyodorkan nama Ganjar Pranowo, membuat seolah-olah PDIP "didikte" oleh situasi itu. Padahal ini hasil pembiasan dari sebuah kepentingan politik tertentu yang ingin membenturkan kader PDIP potensial seperti Ganjar dengan Puan Maharani.

Situasi ini jadi mengaburkan program-program unggulan dari PDIP yang diharapkan dapat mensejahterakan masyarakat karena terimbas oleh berita benturan Ganjar dan Puan.

Padahal, program-program PDIP yang notabene adalah partai "penguasa" yang memiliki pengaruh di dalam pemerintahan, menunjukan kebijakan yang diambil Pemerintah merupakan kebijakan dari PDIP juga. Artinya, program-program yang dibuat PDIP melalui kadernya diharapkan membuat Indonesia lebih maju. Hal itu semestinya lebih ditonjolkan.

Namun, pada kenyataannya, terjadi bias. Apa yang diungkapkan Puan tentang program kerja tidak begitu populer daripada berita elektabilitas Ganjar yang dinilai melebihi Puan.

Kedua, adanya sikap paradoks dari Ganjar, yang di satu sisi mengaku sebagai kader, namun di sisi lain memiliki potensi untuk dilirik partai lain dan melakukan pembiaran. Seolah ini manjadi sarana bargaining.
Sikap paradoks ini lebih mengandalkan fanatisme ketokohan Ganjar yang sebetulnya lebih bersifat ikatan emosional daripada sesuatu yang berdasarkan rasionalitas.

Hal ini dapat dilihat dari berbagai komentar yang muncul di media sosial ketika muncul dukungan terhadap Puan Maharani. Dimana kelompok pendukung Ganjar menyuarakan bahwa mereka adalah loyalis yang tetap akan berpihak pada Ganjar dengan tanpa memberikan argumen argumen yang kuat.

Artinya penokohan Ganjar telah mengikat mereka secara emosional tanpa memberikan alasan rasional. Misalnya mereka melakukan itu karena Ganjar memiliki program kerja yang diharapkan dapat memberi pengaruh kepada masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun