Kuliah pertamaku di semester ini adalah LogMat, Logika Matematika yang sering disebut Logika Mati oleh kakak-kakak tingkat atas. Dan hari itu juga aku tahu mengapa mata kuliah ini begitu ditakuti oleh mereka. Hal pertama yang kutahu tentang pelajaran ini adalah…
a+a=a dan a.a=a
ruang memory yang telah tersimpan selama ini berontak
bukankah a+a=2a dan a.a = a2?
ya… selama ini yang kita ketahui memang seperti itulah. begitulah juga gejolak jiwa kita ketika menemukan kebenaran yang lain. Berontak.
tiba-tiba saja terbayang dalam benak saya sebuah kelas yang hanya ada dalam alam khayal saya.
hal ini menuai banyak sikap.
Ada anak murid yang begitu kritisnya, berkata…
“Ah, bapak ini ada-ada saja. Mana bisa seperti itu? Di belahan dunia manapun, kita kan temukan bahwa a+a itu hasilnya 2a.”
ada juga yang hanya diam. ketika ditanya sang dosen…
“bagaimana menurutmu?”
“Hm… saya sih ikutan aja lah pak… kata bapak kayak githu ya udah… yang penting bagi saya, saya bisa dapet nilai A.”
yang lainnya… masih dalam wajah yang tidak bisa terima, namun dia hanya diam… sang dosen pun bertanya…
“kamu?”
“Hm… gimana ya pak… ini sungguh memporakporandakan apa-apa yang selama ini saya anggap sebagai sebuah kebenaran. Sampai saat ini saya belum bisa menerimanya. Tapi… saya ingin tahu kenapa bisa seperti itu?”
Akhirnya sang dosenpun menjelaskan bahwa “+” senilai dengan “atau” atau “gabungan”. a disini adalah himpunan. sehingga kita gabungkan antara himpunan a dengan himpunan a hasilnya tetaplah himpunan a itu sendiri. begitu pula dengan “.” senilai dengan “dan” atau “irisan”. sehingga ketika kita iriskan himpunan a dengan himpunan a maka hasilnya tetap himpunan a.
Komentar si kritis : “Hah, mana bisa seperti ini? Di dunia ini bukankah hanya boleh ada 1 yang benar? Kalau memang banyak hal yang benar. Kita tidak akan tahu mana yang benar-benar benar. Kalau memang banyak hal yang benar. Untuk apa ada surga dan neraka?”
Sang dosen hanya tersenyum.
“Kamu?” katanya pada sang plagmatis.
Sang plagmatis : “Sudahlah pak… saya tidak peduli… mana yang benar, mana yang salah… yang penting bagi saya… saya bisa lulus mata kuliah ini.”
“Kamu?” katanya pada yang satu lagi.
“Hm… ternyata kebenaran itu tidak hanya satu ya Pak. Perbedaan sudut pandang ternyata sangat menentukan apa itu kebenaran. Saya jadi senang sekaligus bingung.”
“Kenapa kamu senang?”
“Karena saya tahu lebih banyak hal. Bahwa kebenaran tidak hanya 1, jadi kita akan lebih toleran terhadap apapun yang terjadi di dunia ini.”
“Dan, bingung?”
“Karena saya tahu kebenaran tidak hanya 1. Saya jadi bingung mana yang mau saya ambil sebagai sebuah nilai kebenaran. Kebenaran yang benar-benar benar. Bagaimanapun hanya akan 1 kebenaran hakiki.”
Sang dosen hanya diam. Termenung sejenak. Seperti sedang memikirkan sesuatu.
“a+a memang tidak hanya akan menghasilkan 2a. Tapi a+a tetap tidak bisa sama dengan b,c atau z, TANPA ADA DEFINISI DAN PEMAKNAAN YANG JELAS dari “a” dan “+”. Artinya, kebenaran itu tetap mempunyai koridornya. Yaitu HATI NURANI. Dan biarkan hati nuranimu didominasi olehNya bukan oleh yang lain.”
hm…
andai saja kelas LogMat saya kayak gini…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H