Mohon tunggu...
Kezia Marlissa
Kezia Marlissa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar sekolah

Saya menulis artikel yang menarik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bayangan dalam Realita

21 November 2024   23:10 Diperbarui: 21 November 2024   23:32 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memulai hidup yang baru dimana kamu bisa mencapai mimpi mu, harapan dan cita-citamu mungkin menjadi keinginan beberapa orang kan? Itu adalah Eliene hal yang sangat dia inginkan agar terbebas dari bayang-bayang mereka yang selalu mengikuti dan mengganggunya. 

“Jadi bagaimana dok? Apa keadaan saya sudah membaik?” Tanya Eliene yang tampak pasrah.

“Sudah ada sedikit kemajuan. Selama kamu rutin meminum obatnya kamu akan membaik.” Kata dokter itu sambil melihat data laporan kesehatannnya di komputer.

“Baik terimakasih dok.” Eliene mengangguk pelan seblum bangkit dari kursinya dan berjanlan keluar ruangan.

Beberapa orang berlalu-lalang melewatiku. Suasana rumah sakit yang khas dan aroma obat dari ruang apotek yang khas memenuhi hidungku. Banyak orang yang masih duduk menunggu untuk dipanggil dan ada juga yang baru datang ke meja pendaftaran. Kosong. Padahal kuarasa ada banyak orang di sekitarku namun aku masih merasa sendirian.

Aku berjalan ke meja apotek dan memberikan laporan kesehatanku kepada apoteker. Dia menyambutku dengan ramah dan menyuruhku untuk duduk menunggu. Aku berbalik dan duduk di kursi terdekat. Tiba-tiba suara dering Handphone mengangetkanku. Aku langsung mengambil Handphoneku dari dalam sakuku. “Mama” nama yang terlihat di layar handphoneku. Aku lamgsung mengangkatnya.

“Nak? Kamu sudah ke rumah sakit kan?” Katanya dengan nada khasnya yang lembut dan selalu khawatir denganku.

“Iyaa sudah maa. Ini lagi nunggu obat.”

“Yasudah setelah itu langsung pulangn ya. Jangan kemana-mana sampai mama pulang”

“Iya ma” Aku hanya bisa menurutinya.

Setelah mengobrol cukup lama aku mendengar suara apoteker yang memanggil namaku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun