Mohon tunggu...
Kezia Marlissa
Kezia Marlissa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar sekolah

Saya menulis artikel yang menarik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bayangan dalam Realita

21 November 2024   23:10 Diperbarui: 21 November 2024   23:32 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Yasudah hanya semalam.”

“Bagus! Aku akan menyiapkan makan malam.” Kata Maura sambil menepuk tangannya sekali. Dia tampak senang karena dapat menghabiskan waktu bersama mu dari pada harus sendirian terus.

Maura langsung berjalan ke dapur meninggalkanku sendiri di ruang tamu. Aku melihat sekitar sebentar dan berjalan ke arah jendela. Langit yang berwarna jingga dan matahari yang perlahan tenggelam. Pemandangan sore hari yang indah di tengah hutan. Hanya terdengar suara burung-burung dan serangga-serangga yang menemaniku.

Namun di balik pohon terlihat bayang-bayang hitam dengan senyuman yang mengerikan. Wajahnya tampak gelap dengan lima mata di wajahnya. Dia memiliki empat tanduk dan badan yang lebih besar dari ukuran badan manusia normal. Dia tersenyum ke arahku. 

Bulu kudukku berdiri saat aku melihatnya dari kejauhan. Aku langsung berlari ke dapur menemui Maura.

“MAURA!! Kamu.. lihat.. Ada monster di luar...” Aku berbicara dengan tergesa-gesa aku bahkan tidak menyadari nadaku yang ketakutan.

“Hah? Monster? Mana ada monster disini Eli. Kamu ada-ada saja.” Maura yang menghiraukan omonganku langsung lanjut memasak.

“Percayalah padaku.. dia.. dia tersenyum padaku! Aku takut..” Aku menarik lengan bajunya memohon untuknya percaya. Tidak mungkin itu hanya imajinasi ku. Aku melihatnya dengan jelas. Dia sangat nyata.

“Sudah biarkan saja mereka. Kamu tetap disini aku akan memeriksa nya.” Maura berbicara dengan nada yang tenang sambil memegang pundakku.

Dia melepas tangannya dari pundakku dan berjalan pergi ke ruang tamu. Aku tetap berada di dapur. Aku ingin pergi dengannya tapi rasa takutku menahanku untuk tetap disini. Aku hanya bisa diam dan menunggu sampai dia kembali.

Langit perlahan berubah menjadi gelap. Bulan mulai menampakkan wajahnya bersamaan dengan bintang-bintang yang menemaninya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun