"Pas banget! Cocok dijariku, Kek" ucap Alan dengan riang.
Merekapun bersalaman. Alan meneruskan pulang ke rumah. Sementara si Kakek berbelok arah, menuju jalan berbeda. Dan benar. Sejak saat itu, Kakek pengemis tak pernah muncul lagi. Alan Pernah menunggu ditempat biasa mereka bertemu. Sia-sia belaka. Pengemis tua tidak muncul di sana.
"Kakek yang aneh. Tapi baik padaku" gumam Alan.
Alan beranjak masuk, saat Ibu memanggilnya. Ia bergegas dan mendapati Ibunya di ruangtengah.
"Alan, anterin bingkisan ini pada Tante Harin. Kamu sekalian potong rambut. Sudah panjang tuh. Kayak anak perempuan aja" suruh Ibu sambil mengemas di tas plastik.
"Ya, Bu. Nanti ambil sepeda dulu" Alan melangkah menuju gudang.
Setelah menerima ongkos buat potong rambut, Alan menaruh bingkisan di keranjang sepedanya. Tak menunggu lama. Sepeda onthel Alan, sudah melaju di jalanan.
Rumah Tante Harin, tidaklah jauh. Berada di kelurahan yang sama dengan dirinya. Namun ada yang membuatnya sebal. Jalananya banyak yang rusak berlubang. Alan menjadi tak leluasa disaat harus melewatinya.
Benar saja. Alan tampak ragu dan bimbang, saat di depanya jalanan penuh lubang di kanan-kiri.
"Huuffh! Coba kayak difilm, sepedaku bisa terbang. Weeerr.."ucap Alan. Ber-andai-andai.
Tak disangka. Sepeda dan Alan melesat terbang, melewati puluhan lubang di bawahnya. Mendarat pada jalanan yang mulus.