Sejuta pertanyaan masih saja timbul dikepalaku. Secepat itukah seseorang meninggalkanku. Air mataku tak dapat lagi kutahan. Seluruh emosi yang ada kutumpahkan. Tak peduli lagi siapa yang melihatku.
***
 Mentari kembali keluar dengan riang menyambut hari yang baru. Dirinya terlihat lebih cerah dibanding kemarin. Aku berharap agar hari ini juga lebih baik dari semalam.
 Hari ini aku kembali lagi melakukan aktivitasku seperti biasa. Walaupun seluruh sakit masih kutanggung dengan berat didada tapi aku harus bisa. Aku harus membuat semua orang kagum kepadaku. Walaupun aku masih sangat merindukan persahabatanku dengan Nita.
 "Selamat pagi pak," sapaku kepada satpam penjaga sekolah.
 "Eh, pagi juga nak," jawabnya dengan sedikit kaget.
 "Nia masuk dulu pak," kataku setelah memakirkan sepeda kesayanganku.
  Pak Siswandy hanya tersenyum membalas pernyataanku tadi. Dengan cepat aku menuju keruang kelasku. Hari ini aku tidak mengerjakan tugas karena semalaman aku menangis karena Nita mengkhianatiku. Sungguh dia bukan sahabat yang baik.
  Langkah kakiku semakin mendekati kelas, beberapa langkah lagi. Seketika semerbak aroma bunga  terlintas dihidungku. Bulu kudukku berdiri dengan tegak ketika aku tersadar itu aroma bunga kamboja. Mengapa ada bunga itu? Pikiranku lagi-lagi melayang-layang.
 "Nia, turut berdukacita ya atas kepergian sahabatmu." Nico memberitahuku sebuah informasi yang asing menurutku.
 "Sahabatku? Nita?" tanyaku bingung.