Dangerous Point
"Iya sih emang nggak sesederhana itu, gue juga baru kemarin kedatangan pasien. Dia penampilannya religius bangeet. Lo nggak bakal nyangka pokoknya"
"Emang apa keluhannya?"
"Dia perempuan yang udah mau nikah satu bulan lagi, calon suaminya polisi. Dan dia datang sambil berbisik minta kandungannya digugurkan"
"Gila. Alasannya? Takut pas resepsi perutnya kepalang gede?"
"Bukan, karena janin yang ia kandung bukan benih dari calon suaminya, tapi selingkuhannya."
Aku yang tengah meneguk es teh manis seketika tersedak.
"Gila. Bego banget tuh cowok, kok cewek kayak gitu masih dipertahanin?"
"Lah kan tuh calon suaminya belum tahu Dri. Meski secara hitung-hitungan bisa aja tuh sampai si bayi lahir suami nggak  akan tahu. Tapi ya gue jawab dengan tegas kalau dia udah melecehkan gue sebagai dokter dengan minta hal tersebut. Dipikir gue dokter setan apa, mau melakukan hal dosa besar kayak gitu?"
Aku hanya menyimak apa yang Endro utarakan sambil mengunyah Cordon bleu berisi salmon dan mayonaise perlahan demi perlahan.
"Dalam sudut pandang psikologi, emang nggak sesederhana itu bro, dalam arti selingkuhnya laki-laki dan selingkuhnya perempuan itu beda."