Lima menit setelah menu pesanan diambil waiters, Endro pun datang.
"Seperti kesepakatan kita. Just both of us, dan nggak bawa pasangan" ucap Endro sambil meletakkan tas dokternya di atas meja.
"Ngejek lu. Mentang-mentang gue jomblo, tapi lu duduk jangan deket-deket gue banget ntar disangka kita homo lagi"
"Hahaha emang kenapa? Gue ganteng ini, ntar disangka lu homo yang seleranya bagus"
"Gila lu, ogah lah. Gue normal 100%, dan kalo disangka homo ntar perempuan yang awalnya naksir gue bisa pada kabur" ujar saya sambil menggeser kursi beberapa puluh centimeter dari Endri.
"Hahaha nggak lah bromance bro, eh anyway hari ini jadwal lu mediasi buat PA kan? gimana hari ini mediasinya berhasil?" tanya Endro to the point.
Saya dan Endro memang sering sharing terkait kasus-kasus yang kami tangani. Tapi meski kami berkawan, hati nurani saya masih cukup kuat untuk menyamarkan nama dari klien-klien yang kami sharingkan, even if we using real name nobody will know. But i still hold on my integrity.
"Gue ngga rekomendasiin mereka lanjut Dro. Parah sih kalo kata gue."
"Hmm. Udah jauh banget ya Dri?"
"Ya dan si ceweknya bilang kalo dia susah buat berhenti selingkuh. Alasannya enak katanya"
"Gebleg, gila emang cewek jaman sekarang. Kegoda sama cowok mokondo, makanya kalo cewek ngilang sejam dua jam apalagi sehari udah musti curiga aja itu"