Beritanya memang sudah cukup terlewat, tapi cukup menggembirakan, walaupun sebenarnya sudah sangat lamban sekali pergerakannya, tapi lebih baik terlambat tapi tidak sama sekali. Sebuah tajuk berita yang mengabarkan, mulai Oktober 2017 seluruh transaksi di tol Indonesia akan diubah sepenuhnya dengan pembayaran non tunai. Wah, wah, wah. Big Applause.
Ref: Transaksi Non-tunai di Seluruh Ruas Tol Berlaku Oktober 2017
Saya sendiri sudah berharap "pemaksaan"transaksi ini harusnya sudah bisa dilakukan bertahun-tahun sebelumnya, mengapa? Karena sistem ini jika tidak salah, sudah berjalan lebih dari 5 tahun. Masa iya perkembangannya begitu-gitu saja. Jika kita melihat Malaysia, kita pasti sudah sangat iri berat, mereka sudah memberlakukan semua transaksi tol non tunai bertahun-tahun lebih cepat dari Indonesia. Bahkan mereka juga sudah lebih terbiasa menggunakan gerbang e-toll pass -saya tidak tahu apa namanya di Malaysia-, yang di mana pengendara tidak perlu lagi tap kartu, masuk gerbang transaksi non tunai langsung berjalan tanpa membuka jendela sekalipun.
Bertahun-tahun permasalahan gerbang tiket pembayaran dari dulu juga tetap saja sama.. Sila tengok gerbang tol Karang Tengah, walaupun sekarang sudah ditiadakan, antrean macetnya hanya berpindah ke gerbang tol keluar masing-masing, atau mau melihat paling parah ya gerbang tol Cikarang, sebuah keajaiban jika melihat gerbang tol ini sepi dari antrean. Masalahnya masih sama, lebih banyak antrean di transaksi tunai, dan lucunya antreannya juga menutupi jalur non tunai, bahkan ada yang sampai nekat meminjam kartu non tunai ke pengendara di belakangnya.
Dahulu saya percaya ini hanya masalah adaptasi saja, mungkin hanya butuh waktu sekitar setahun untuk sosialisasi maka pengendara akan mulai beralih ke non tunai semua. Pada faktanya bertahun-tahun pengenalan dan segala macam sosialisasi, jumlah pembayaran tunai masih tetap saja mendominasi. Saya pikir "wah, ini sih langsung paksa saja, semua bayar NON TUNAI!"
Luapan penuh emosi ini menjadi debat singkat dengan si maminya di tengah syahdunya mengantre keluar dari tol, karena menurutnya tidak semua orang mengerti dengan transaksi non tunai, atau bahkan ada yang tidak mengerti cara mengisinya, lebih parahnya ada yang tidak memiliki rekening bank, karena salah satu cara yang paling mudah untuk mengisi kartu non tunai adalah dengan mengaksesnya melalui ATM. Saya mengiyakan. Tapi jika dipaksa, semua orang pasti akan mencari tahu bagaimana caranya dan mau enggak mau mereka akan "terpaksa"untuk menggunakan kartu non tunai sebagai satu-satunya alat transaksi di tol.
Saya selalu beranggapan, sebagian orang Indonesia ini memang sudah dibesarkan dengan cara yang manja, maunya semuanya serba enak. Terbukti ketika tiket Commuter Line dan Transjakarta diwajibkan non tunai, mau enggak mau semua pengguna wajib mempelajari bagaimana caranya. Regulasi di Indonesia memang paling cocok diterapkan full untuk sebuah kebijakan, jangan setengah-setengah. Kalau mau non tunai terapkan untuk semua, jangan ada yang tunai terus yang non tunai juga ada jalurnya, ya akhirnya semua tetap ingin membayar tunai karena berada di zona nyaman, dan memilih untuk tidak belajar menggunakan non tunai yang lebih efisien.Â
Buktinya?
Lihat saja pengguna kereta Rangkasbitung, beberapa bulan kemarin baru berganti kebijakan ke kereta Commuter Line yang mengharuskan seluruh pengguna tidak lagi menggunakan tiket, tapi semua transaksi menggunakan kartu. Karena lebih terbiasa membeli tiket harian, mereka lebih rela antre panjang untuk juga membeli kartu harian, belum terbiasa. Padahal jika mereka beli langsung untuk satu minggu, mereka tidak perlu lagi menghabiskan waktu hanya untuk antre berjam-jam di depan mesin vending machinesetiap hari.
Kembali soal Gerbang Tol Otomatis.
Dalam ilmu kira-kira, pengguna tol yang sudah pasti memiliki mobil (belum semua tol Indonesia bisa digunakan pemotor),yang seharusnya memiliki tingkat pemikiran yang jauh lebih baik soal transaksi non tunai dibandingkan pengguna moda transportasinya (baca: orang kaya lebih pinter).Pada faktanya tingkat pemikirannya jauh lebih cetek, bahkan kadang lebih barbar.Dari pura-pura enggak ngerti GTO, sampai berebut, pepet-pepetan mau masuk gerbang tol karena enggak mau antre menjadi hal lazim yang sering terjadi di tol.
Intinya, mau kaya atau miskin jika masih tetap ingin berada di zona nyaman, tanpa ingin tahu hal lain yang padahal jauh lebih efisien. Indonesia akan tetap stagnan, berjalan di tempat atau bahkan mundur sekalian. Beberapa permasalahan yang enggan mau dicari pengguna tol turut menjadi penghambat, mengapa perkembangan GTO sangat lambat di Indonesia.
Kartu Non Tunai bukan hanya Mandiri E-Toll
Ini yang juga saat ini masih jadi faktor yang cukup menggelikan, orang masih banyak yang menganggap kartu transaksi non tunai yang bisa digunakan hanya kartu MandiriE-Toll.Lucunya lagi, ada yang menganggap kartu E-Money yang juga dikeluarkan Mandiri tidak berlaku di tol, padahal semuanya sama, bahkan kartu Indomaret Card yang juga bekerjasama dengan Mandiri juga dapat dibayarkan untuk transaksi GTO.
Perlu diketahui, saat ini pembayaran transaksi GTO sudah tidak lagi dimonopoli oleh Bank Mandiri. Beberapa bank nasional telah dibukakan aksesnya untuk juga dapat menggunakan kartu non tunainya di semua GTO di Indonesia.
Sekarang arahannya seperti ini agar Anda lebih mudah paham, saat ini rekening Bank apa yang Anda gunakan untuk bertransaksi sehari-harinya? BCA, Mandiri, BRI, BNI atau bahkan BTN. Deretan Bank ini yang telah memiliki kartu non tunai yang bisa ditransaksikan di GTO. Mengapa harus disesuaikan dengan rekening Bank Anda? Karena untuk memudahkan proses pengisian kartu non tunai tersebut. Jika Anda menggunakan:
- BCA, belilah kartu Flazz. (Tapi disarankan selain ini, penjelasannya di bawah)
- Mandiri, belilah kartu E-Money atau E-Toll.
- BRI, belilah kartu Brizzi.
- BNI, belilah kartu Tapcash.
- BTN, belilah kartu B-Link.
Saya tidak menyarankan untuk membeli kartu Flazz, karena Flazz hanya bisa digunakan di tol Jakarta -- Cikampek; Cikampek -- Padalarang; Padalarang -- Cileunyi; Cikopo -- Paliman; Simpang Susun Waru -- Juanda; Ujung Pandang Seksi I & II; Ujung Pandang Seksi IV; Surabaya -- Gresik. Tidak tahu jika nantinya kebijakan ini berubah. Tapi selain Flazz untuk Jabodetabek semuanya bisa digunakan.
Info detail, bisa simak di Daftar Penggunaan Uang Elektronik Berdasarkan Ruas Jalan Tol.
Isi Kartu Tidak Hanya Lewat Bank atau Mini Market.
Kalau yang satu ini memang memerlukan waktu untuk beradaptasi, semua orang masih beranganggan jika transaksi uang harus selalu lewat Bank. Padahal ya sekarang semua bisa transaksi dimana saja, selama ada koneksi internet. Kebiasaan mengisi uang elektronik di mini market, juga karena kebiasaan dari E-Toll/E-Money yang memberikan ruang untuk mengisi dengan tunai, tapi tentu saja dikenakan biaya admin.
Maka dari itu, mulai dari sekarang cek ATM di masing-masing bank yang Anda gunakan, rerata sudah tersedia juga fasilitas untuk mengisi uang kartu elektronik di ATM, dengan sumber dana dari kartu ATM Anda. Bebas biaya admin, lumayan menghemat buat beli Batagor ye kan.
Setelah Semua Non Tunai, Kita Sambut On Board Unit!
Ini saya tidak akan bahas terlalu banyak, karena saat ini yang saya tahu hanya baru Mandiri yang sudah menggunakan alat ini. Lagipula gerbang tolnya juga belum terlalu banyak, tapi yang pasti keuntungan setelah non tunai diberlakukan di semua gerbang tol, kita akan menyambut lagi sebuah teknologi baru -sebenarnya tidak baru juga sih, karena di negara eropa, bahkan Malaysia sudah menerapkannya sangat lama, ketinggalan banget Indonesia.
Salah satu teknologi yang bisa memancarkan kartu ke mesin yang ada di gerbang tol On Board Unit (OBU). Anda tidak perlu membuka jendela, dan gerbang akan terbuka setelah transaksi selesai, akan menghemat detik yang cukup signifikan. Mudah-mudahan Bank lain juga diberikan fasilitas yang sama.
---
Nah, hal sesimpel ini kalau belum diterapkan juga ya kebangetan. Oktober 2017 juga tidak akan lama lagi, mudah-mudahan rencana ini benar-benar jadi. Selamat beralih ke transaksi non tunai, wahai para pengendara mobil yang enggak mau lagi dicap "bloon".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H